BMKG Ungkap Alasan Banyak Gempa Susulan di Cianjur, Imbau Masyarakat Hindari Kawasan Perbukitan
Update | 25 November 2022, 06:38 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV - Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Daryono, menerangkan bahwa gempa Cianjur termasuk jenis gempa kerak dangkal yang secara umum sering diikuti serangkaian gempa susulan.
"Gempa kerak dangkal umumnya diikuti serangkaian gempa susulan yang cukup banyak karena lapisan kerak dangkal batuannya relatif heterogen dan tergolong rapuh (brittle). Batuan semacam ini jika mengalami deformasi atau patahan dapat memproduksi serangkaian gempa susulan," ungkap Daryono melalui akun Twitter @DaryonoBMKG, Kamis (24/11/2022).
Ia menerangkan, gempa kerak dangkal umumnya terjadi di kedalaman 1-30 kilometer. Selain itu, ia mengungkapkan ada beberapa sesar di Jawa Barat yang menjadi sumber gempa kerak dangkal.
"Zona sumber gempa ini di Jawa Barat cukup banyak, seperti Sesar Cimandiri, Sesar Baribis, Sesar Citarik, Sesar Cipamingkis, Sesar Lembang, dan Sesar Cirata," cuitnya.
Gempa kerak dangkal, jelas dia, juga sangat berpotensi menimbulkan rekahan permukaan (surface rupture), sehingga bisa lebih merusak bangunan di jalur sesar.
"Bangunan apa pun yang dibangun di atas jalur sesar aktif akan mengalami kerusakan saat sesar mengalami pergeseran," terangnya.
Baca Juga: Gempa Berkekuatan M 4,1 Kembali Guncang Cianjur dan Sekitarnya pada Jumat Dini Hari
Ia juga menyebut, karakter gempa kerak dangkal dengan frekuensi tinggi dapat mengakibatkan banyak kerusakan, karena guncangan tanah yang dibangkitkan sangat kuat.
"Tidak heran jika gempa Cianjur dengan kedalaman dangkal ini kaya akan frekuensi tinggi sehingga menimbulkan guncangan yang besar, hingga menciptakan kerusakan yang parah," imbuhnya.
Daryono menjelaskan, gelombang gempa dengan konten frekuensi tinggi bisa berdampak semakin parah apabila wilayah yang dilanda gempa tersusun oleh tanah lunak dan tebal.
"Sehingga terjadi resonansi gelombang seismik yang berujung pada terjadinya amplifikasi atau penguatan guncangan gempa," lanjut dia.
Ia pun mengimbau masyarakat agar mewaspadai kawasan perbukitan dengan tebing curam yang dapat mengalami ketidakstabilan lereng (slope) saat terjadi gempa kuat.
"Hal ini, karena saat hujan lebat, gempa susulan signifikan dapat memicu terjadinya longsoran (landslide) dan runtuhan batu (rock fall)," tuturnya.
Baca Juga: Guncang Wilayah Jawa Barat dan Jakarta, Ini Delapan Langkah yang Harus Dilakukan saat Gempa Bumi
Sebelumnya, BMKG melaporkan telah terjadi 206 gempa susulan di Cianjur dan sekitarnya hingga Kamis (24/11/2022) pukul 17.00 WIB. Sebanyak 15 di antaranya termasuk gempa dirasakan.
Kemudian, dua gempa susulan kembali terjadi, yakni pada Kamis pukul 17.05 WIB dan Jumat (25/11/2022) dini hari pukul 01.44 WIB. Dengan demikian, setidaknya sudah terjadi 208 gempa susulan di Cianjur dan sekitarnya sejak gempa utama yang berkekuatan magnitudo 5,6 terjadi pada Senin (21/11/2022) pukul 13.21 WIB.
Baca Juga: Pakar Gempa Bumi Tegaskan Tak Ada Alat Prediksi Gempa, Pastikan Isu Viral Gempa Besar Susulan Hoaks
Penulis : Nadia Intan Fajarlie Editor : Iman-Firdaus
Sumber : Kompas TV