> >

Pengamat: Muhammadiyah akan Tetap Netral di Pemilu 2024, Rasional Menyikapi Politik

Politik | 22 November 2022, 08:44 WIB
Haedar Nashir dan Abdul Muti ditetapkan sebagai Ketum dan Sekum PP Muhammadiyah periode 2022-2027 di Edutorium UMS, Minggu (20/11/2022) (Sumber: dok. panitia) 

JAKARTA, KOMPAS TV - Haedar Nashir kembali terpilih menjadi Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah masa bakti 2022-2027. Adapun sekretaris umum kembali dijabat pengurus sebelumnya, Abdul Mu'ti.

Namun, beberapa hari menjelang Muktamar ke-48 Muhammadiyah dan Aisyiyah, Amien Rais membuat video di Channel YouTube Amien Rais Official. 

Isinya, Amien Rais meminta agar kader Muhammadiyah tidak memilih yang suka keluar masuk istana.

Baca Juga: PBNU Ucap Selamat kepada Haedar Nashir dan Abdul Mu'ti: Duet yang Teruji Pimpin Muhammadiyah

Lantas, apakah pimpinan Muhammadiyah periode ini akan menjadi tidak netral dalam menyongsong gelaran Pemilu 2024 mendatang?

Menanggapi hal itu, Pengamat Politik dari Voxpol Center Research and Consulting Pangi Syarwi Chaniago menilai Muhammadiyah akan tetap netral dalam menghadapi pesta demokrasi nanti. Dirinya menyebut organisasi Islam bentukan Ahmad Dahlan itu sangat elegan dalam berpolitik. 

"Muhammadiyah saya lihat sejauh ini tetap netral. Saya pikir selama ini Muhammadiyah termasuk yang tetap berada pada trayek perbaikan bangsa," kata Pangi kepada Kompas TV, Selasa (22/11/2022). 

Ia menyebut, pada periode lalu Muhammadiyah di bawah kepemimpinan Haedar Nashir dan Abdul Mu'ti pun juga selalu memuji pemerintahan Joko Widodo (Jokowi)-Ma'ruf Amin.

"Tidak terlalu kelihatan warna pemerintahnya. Muhammadiyah saya melihat tidak terlalu kental DNA politiknya, termasuk soal capres," ujarnya. 

Menurut dia, tokoh-tokoh yang menjadi pimpinan Muhammadiyah selalu bersikap konsisten terhadap perbaikan bangsa dan negara.

"Muhammdiyah saya melihat masih terus memberikan pemikiran pemikirannya, tidak selalu memuji kekuasaan atau membebek pada kekuasaan. Bahkan menjadi vitamin bagi politik kebangsaan kita." 

"Kalau benar mereka dukung,  kalau berbeda pendapat dan pandangan terutama dalam sikap politik cenderung tokoh Muhammadiyah lebih negarawan, mereka tetap saling menghargai," ujarnya. 

Pangi menambahkan, banyak sekarang Muhammadiyah yang tidak masuk gerbong kekuasaan, tapi tetap rasional dalam menyikapi sikap politik.

Baca Juga: Peserta Muktamar dari Papua Barat: Ketika Dipimpin Haedar, Muhammadiyah di Tempat Kami Semakin Maju

"Selama itu baik yang baik untuk perbaikan politik kebangsaan, baik untuk kehidupan berbangsa bernegara, Muhammadiyah ikut bersama pemerintah."

"Tapi kalau berbeda pandangan dan sikap, Muhammadiyah mengalah dan minta juga pandangan politik kebangsaannya untuk dihormati, dalam koridor saling menghargai dalam kehidupan berbangsa dan bernegara," katanya.

Sebelumnya, Haedar Nashir selaku Ketua Umum Terpilih Pimpinan Pusat Muhammadiyah mengatakan bahwa keputusan penting telah disampaikan dan hal ini mengingatkan Muhammadiyah dan Aisyiyah untuk melaksanakan amanah yang tidak ringan.

“Saya percaya dan kita percaya bahwa spirit untuk memajukan Indonesia, mencerahkan semesta dan perempuan berkemajuan, memajukan peradaban bangsa tidak hanya tertoreh sebagai tema, tetapi melekat pada orientasi jiwa dan pikiran,” jelasnya dalam pidato penutupan Muktamar ke-48 Muhammadiyah dan Aisyiyah di Solo, Jawa Tengah, Minggu (20/11/2022). 

Beliau juga menyampaikan bahwa Muktamar telah berakhir, namun spirit Islam berkemajuan tetap dibawa sampai akhir.

“Daya hidup kebersamaan dan kekuatan sistem yang menjadi karakter muhammadiyah yang selalu membingkai kita harus selalu tinggi dan luas. Pada saat yang sama dalam panggilan dakwah kita harus selalu hadir, untuk selalu menghadirkan islam yang damai, islam yang menyatukan, islam yang memakmurkan, dan islam yang memajukan peradaban dalam misi besar,” jelasnya.

Penulis : Fadel Prayoga Editor : Iman-Firdaus

Sumber : Kompas TV


TERBARU