Pelajar Gemari Kekerasan dan Perundungan, Pakar Pendidikan: Tidak Mengagetkan!
Peristiwa | 20 November 2022, 17:29 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV - Kasus perundungan dan kekerasan yang melibatkan pelajar dinilai pengamat pendidikan Indra Charismiadji bukan sesuatu yang mengagetkan.
Belakangan ini, ramai dua kasus kekerasan dan perundungan yang melibatkan pelajar Indonesia.
Pertama, kasus perundungan yang terjadi di SMP Plus Baitutthman yang menyebabkan satu korban dilarikan ke rumah sakit.
Dalam video yang beredar, korban dipasangi helm, lalu ditendang oleh pelaku perundungan sebanyak empat kali, serta dipukul satu kali sebelum jatuh pingsan dari kursinya.
Baca Juga: Seorang Nenek di Depok Jatuh ke Dalam Sumur Sedalam 15 Meter
Lalu, di Tapanuli Selatan, Sumatera Utara, segerombolan pelajar menganiaya seorang nenek di pinggir jalan. Video yang beredar di media sosial itu berdampak pula pada segerombolan pelajar yang menganiaya seorang nenek itu.
Pengamat pendidikan Indra Charismiadji menyebut kasus-kasus seperti di atas bukanlah hal yang mengagetkan.
"Itu bukan hal yang mengagetkan," kata Indra dalam acara KOMPAS Petang KOMPAS TV, Minggu (20/11/2022).
Baca Juga: Video Viral Pelajar Tendang Nenek, Polisi Tangkap Enam Siswa di Tapanuli Selatan
"Begini, tahun 2021 warganet Indonesia dinobatkan sebagai paling biadab se-Asia Pasifik. Kalau kehidupan media sosialnya, digitalnya seperti itu, saya yakin kehidupan nyatanya tidak berbeda."
"Masyarakat kita masih jauh dari masyarakat yang memiliki keadilan yang beradab sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. Itu fakta," sambung Indra.
Lebih lanjut, Indra menyebut masalah utama banyaknya kasus perundungan dan kekerasan yang melibatkan pelajar disebabkan oleh sistem pendidikan nasional.
Baca Juga: Kronologi Viral Aksi Bully Siswa SMP di Bandung, Polisi Telah Amankan Pelaku
Indra menyebut implementasi pendidikan di Indonesia masih salah kaprah. Menurutnya, sistem pendidikan tidaklah sama dengan sistem persekolahan.
"Menurut bapak pendidikan kita (Ki Hajar Dewantoro), ada tiga sentra; rumah, sekolah, dan masyarakat. Itu tidak pernah disentuh, dalam arti dikembangkan untuk menjadi sebuah sistem pendidikan yang mencerdaskan kehidupan bangsa," sambung Indra.
"Hasilnya ya bisa kita lihat ini, di Tapanuli Selatan, pelajar berseragam menendang seorang nenek-nenek. Tidak ada peradaban, tiada hormat-hormatnya," imbuhnya.
Penulis : Gilang Romadhan Editor : Purwanto
Sumber : Kompas TV