Cerita Ibu Balita di Cakung yang Meninggal: Awalnya Diare, Demam, dan Sempat Koma 2 Minggu
Kesehatan | 28 Oktober 2022, 07:56 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV- Petugas Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur mengambil sampel darah dari keluarga balita yang bernama Haidar Nur Ali yang diduga meninggal dunia akibat gagal ginjal akut. Keluarga tersebut tinggal di Jatinegara Lio RT 03/04, Kelurahan Jatinegara, Kecamatan Cakung, Jakarta Timur.
Ibu kandung Haidar, Fatmy Yulinda (41), menjelaskan, bahwa rumahnya telah didatangi petugas Puskesmas Kecamatan Cakung pada Rabu (26/10), untuk mencari penyebab anaknya terkena gagal ginjal.
"Dari puskesmas sudah kemarin ambil sampel darah. Indikasinya kencing tikus. Makanya dicek diambil sampel air keran dan air minum sama cek darah," kata Fatmy Yulinda seperti dikutip dari Antara, Kamis (27/10/2022).
Ia bercerita, awalnya anak bungsunya itu mengalami gejala diare sekitar akhir Juli 2022.
"Awalnya anak saya diare tiba-tiba. Lagi sehat, lagi main-main gitu tiba-tiba diare. Malam pas habis main kok mencret, kita bawa dulu ke klinik untuk tindakan pertama, tapi tidak ada hasil," ujar Fatmy.
Baca Juga: BPOM Duga Produsen Sengaja Salahgunakan Bahan Baku Obat Sirup
Dari klinik, ia lalu membawa anaknya yang masih berusia satu tahun sembilan bulan tersebut ke Rumah Sakit Hermina Jatinegara untuk pengobatan lebih lanjut.
Dia mengatakan diare yang dialami anaknya sejak akhir Juli 2022 itu sempat berangsur pulih setelah dua minggu rawat jalan. Namun, tak lama berselang anaknya itu justru menunjukkan gejala batuk dan pilek. Fatmy pun kembali membawa Haidar ke rumah sakit untuk diberikan perawatan.
"Hari Senin saya bawa ke Hermina, tapi malamnya saya mandiin pipisnya sudah sedikit," tutur Fatmy.
Tiba di rumah sakit, dokter menyarankan Haidar untuk dirawat inap setelah dilakukan tes darah. Haidar pun dipasang alat bantu kateter, namun juga masih belum bisa buang air kecil.
Fatmy meminta agar anaknya dirujuk ke RSCM untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut. Namun saat itu belum mendapatkan respon.
Baca Juga: Saat Kepala BPOM Sebut Kemendag dan Kemenkes Juga Perlu Evaluasi Soal Kasus Gagal Ginjal Akut
Saat dirawat di Harapan Kita, Haidar ditangani sementara di ruang perawatan karena saat itu kondisi ICU telah penuh.
"Akhirnya coba ke Harapan Kita untuk rujukan dan Alhamdulillah direspon cuma minta persyaratan seperti PCR," sebutnya.
"Dilihat kondisi anak tak mungkin untuk di ruang perawatan. Harus segera mungkin cuci darah. Cuma anak saya lagi kritis. Jam tujuh malam kita cuci darah dan kebetulan ada ICU kosong," tambahnya.
Dia melanjutkan bahwa anaknya tersebut kemudian koma hingga akhirnya menghembuskan nafas terakhirnya pada bulan September 2022.
"Saat itu sudah lepas ventilator, tapi paginya dipasang ventilator lagi. Mungkin dari situ dia sudah koma tidak ada respon sama sekali sampai dua minggu," ucap Fatmy.
Baca Juga: Cegah Kasus Serupa Gagal Ginjal, BPOM Imbau Tenaga Kesehatan Aktif Laporkan Efek Samping Obat
Fatmy menjelaskan selama menjalani pengobatan, anaknya itu sempat diberikan obat sirup dari pihak rumah sakit yang merawat Haidar.
"Waktu berobat jalan ada dikasih sirup antibiotik. Kalau obat batuk, dia bubuk. Tapi sudah diperiksa dari Hermina aman semua," sambungnya.
Sementara itu, Kepala Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur, Nikensari Koesrindartia, belum memberikan jawaban ketika diminta konfirmasi oleh Antara terkait jumlah kasus gagal ginjal akut di wilayah Jakarta Timur.
Sedangkan Kapolres Metro Jakarta Timur, Kombes Budi Sartono, mengatakan pihaknya turun langsung untuk memberikan dukungan moral dan bantuan kepada keluarga korban gagal ginjal akut di wilayahnya.
"Di setiap daerah sekarang memang ada merebak penyakit gagal ginjal akut, kami dari Kepolisian bekerjasama dengan Puskesmas mengecek sumber penyakitnya dari mana. Semoga kita bisa menemukan solusi," ujar Budi Sartono.
Baca Juga: Obat Penawar Gagal Ginjal Terbatas, Ini Kriteria Pasien yang Diberi Fomepizole Gratis
Kapolres juga berpesan kepada masyarakat untuk tak ragu menghubungi pihak Polres Metro Jakarta Timur apabila ada hal yang berkaitan dengan kasus gagal ginjal akut di wilayahnya masing-masing.
"Di sini ada bagian pelayanan kesehatan. Serta bisa langsung ke Bhabinkamtibmas di wilayah," tutur Budi.
Selain gagal ginjal akut, penyakit leptospirosis juga tengah merebak di Indonesia. Di Jawa Tengah saja, sepanjang Januari hingga Agustus 2022, Dinas Kesehatan (Dinkes) Jawa Tengah mencatat 374 kasus terjadi di wilayahnya. Akibatnya sebanyak 54 pasien meninggal.
“Yang meninggal 54 pasien dari 374 kasus sampai dengan bulan Agustus,” terang Kepala Dinkes Jateng Yunita Dyah Suminar dikutip dari Kompas.com.
Sementara itu, pihaknya membenarkan dari 22 kasus leptospirosis yang terjadi di Kota Semarang sebanyak 6 pasien di antaranya meninggal belum lama ini.
Baca Juga: Dinkes Kota Tangerang: Orangtua Tak Perlu Takut Anak Demam karena Imunisasi Dasar
“Jumlah kasus leptospirosis tahun 2022 di Semarang sampai dengan September, jumlah total 22 kasus dengan rincian 16 kasus pulang sembuh dan 6 kasus meninggal,” bebernya.
Yunita mengaku telah memiliki fasilitas pengobatan bagi pasien yang terjangkit penyakit itu. Leptospirosis merupakan penyakit yang ditularkan melalui air kencing tikus. Bakteri leptospira mudah berkembang biak di lingkungan yang kotor.
Oleh karena itu, pihaknya kembali mengimbau masyarakat untuk menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).
“Jangan biasakan meletakkan sisa makanan di sembarang tempat karena mengundang tikus datang dan membawa penyakit,” imbaunya.
Penulis : Dina Karina Editor : Iman-Firdaus
Sumber : Antara