> >

Kabar Baik! Obat Gangguan Ginjal Akut Sudah Ditemukan, Pemerintah Beli dari Singapura

Kesehatan | 21 Oktober 2022, 15:37 WIB
Ilustrasi - Pemerintah sudah menemukan obat untuk kasus gangguan ginjal akut yang sedang terjadi (Sumber: iStock Photo/SvetaZi)

JAKARTA, KOMPAS.TV – Kementerian Kesehatan (Kemenkes) melalui Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) telah membeli antidotum yang didatangkan langsung dari luar negeri.

Terkait itu, Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin menyampaikan, pemerintah sudah menemukan obat untuk kasus gangguan ginjal akut yang sedang terjadi. Obat tersebut didatangkan langsung dari Singapura dan sudah diuji di RSCM.

"Sekarang sudah ditemui obatnya, RSCM sebagai tim ahli ginjal nasional kita datangkan obatnya dari Singapura dan kita coba dan 6 pasien 4 positif responsif," ujar Budi Gunadi dalam acara webinar, Jumat (21/10/2022), dikutip dari Kompas.com

Hal ini sebelumnya juga  sudah disampaikan oleh Kemenkes dalam siaran persnya, Rabu (19/10) kemarin, sebagai langkah awal untuk menurunkan fatalitas gangguan ginjal akut atau AKI.

Baca Juga: Penyebab Angka Kematian Kasus Gagal Ginjal Akut Tinggi, Ini Penjelasan Kemenkes

Budi mengatakan, obat yang sudah memiliki respons positif terhadap pasien gangguan ginjal akut tersebut akan didatangkan dalam jumlah masif.

 

"Jadi obat ini setelah kita lihat positif kita akan segera datangkan dalam jumlah yang cukup banyak untuk bisa disebarkan ke seluruh Rumah Sakit," terangnya.  

Budi Gunadi menyadari, kejadian gangguan ginjal akut yang dialami balita di Indonesia sudah teridentifikasi di 20 provinsi dengan total kurang lebih 200 kasus.

Baca Juga: Menkes Sebut 4 dari 6 Pasien Gagal Ginjal Akut Responsif pada Obat Antidotum Asal Singapura

Namun, ia menegaskan tak perlu lagi khawatir karena obat sudah ditemukan dan akan segera tersedia di rumah sakit tempat perawatan pasien gangguan ginjal akut.

"Tapi obat-obatannya sudah teridentifikasi dan sudah kita tes dalam sampel tertentu aman dan relatif menyembuhkan, sekarang kita dtangkan dalam jumlah yang cukup besar sehingga bisa memberikan perlindungan bagi balita-balita kita kalau misalnya terkena keracunan ini," tutur Menkes.

Penulis : Fransisca Natalia Editor : Gading-Persada

Sumber : Kompas TV, Kompas.com


TERBARU