TGIPF Lakukan Pemeriksaan Laboratorium Gas Air Mata Kedaluwarsa di Tragedi Kanjuruhan
Update | 11 Oktober 2022, 18:24 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV - Ketua Tim Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIPF) Mahfud MD, menerangkan bahwa pihaknya tengah memeriksa tingkat bahaya gas air mata kedaluwarsa di tragedi Kanjuruhan.
"Bukti-bukti penting yang didapatkan dari lapangan saat ini sedang dikaji dan sebagian juga sedang diperiksakan di laboratoriun, misalnya menyangkut kandungan gas air mata, apakah kedaluwarsa itu berbahaya atau sejauh mana tingkat keberbahayaannya, lebih berbahaya atau lebih tidak berbahaya daripada yang tidak kedaluwarsa," ungkap Mahfud, Selasa (11/10/2022) dipantau dari Breaking News KOMPAS TV.
Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Republik Indonesia itu juga menuturkan, TGIPF masih akan memeriksa sejumlah gas air mata.
"Tim juga menemukan bahwa gas-gas yang disemprotkan itu, sebagian dari yang ditemukan itu adalah yang sudah kedaluwarsa. Ada yang masih akan diperiksa lagi, apakah kedaluwarsa apa tidak," ujarnya.
Mahfud menyatakan, TGIPF akan menyusun kesimpulan serta rekomendasi mulai besok, Rabu (12/10/2022) hingga diperkirakan selesai pada Jumat pekan ini.
"Besok mulai hari Rabu, tim akan melakukan analisis sekaligus menyusun kesimpulan dan rekomendasi, sehingga diharapkan laporannya bisa saya serahkan kepada Bapak Presiden pada hari Jumat pekan ini," terang dia.
Sebagaimana diberitakan KOMPAS.TV sebelumnya, Kadiv Humas Polri Irjen Dedi Prasetyo membenarkan bahwa gas air mata yang ditembakkan di dalam dan luar Stadion Kanjuruhan pada Sabtu 1 Oktober 2022 lalu telah kedaluwarsa.
“Ya, betul,” jawab Dedi ketika ditanya tentang kabar gas air mata kedaluwarsa di program Sapa Indonesia Malam KOMPAS TV, Senin (10/10/2022).
Baca Juga: TGIPF Tragedi Kanjuruhan akan Sampaikan Laporan dan Rekomendasi kepada Presiden Jokowi Esok Jumat
Ia menegaskan bahwa kadar atau fungsi kimia di dalam gas air mata yang kedaluwarsa justru menurun.
“Kalau gas air mata ini, ketika dia kedaluwarsa, kalau nggak salah 2019 (atau) 2021 yanng digunakan itu, itu justru kadar atau fungsi kimianya dia turun,” tegasnya.
Penulis : Nadia Intan Fajarlie Editor : Purwanto
Sumber : Kompas TV