Sosok Shimizu, Perwira Jepang yang Sumbang Kain ke Fatmawati untuk Proklamasi 17 Agustus 1945
Peristiwa | 17 Agustus 2022, 06:37 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV - Tidak banyak orang yang tahu, ada seorang Jepang bernama Hitoshi Shimizu di balik proses penjahitan bendera pusaka yang dikibarkan 17 Agustus 1945.
Waktu itu, Bapak Proklamasi, Ir Soekarno atau Bung Karno usul kepada istrinya, Fatmawati, untuk minta bantuan pihak lain lantaran sulitnya mencari kain untuk dijahit menjadi bendera.
Bendera itu, nantinya akan dikibarkan jika Indonesia merdeka.
“Pada waktu itu hanya ada kain goni, dan kain tersebut terlalu berat untuk dikibarkan sebagai sebuah bendera,” tulis Abraham Panumbangan dalam The Uncensored of Bung Karno hal. 48
Lantas, Fatmawati pun memanggil tokoh pemuda, Chairul Basri.
Ia lantas diminta untuk menemui sosok Shimizu untuk bicara terkait ide bendera tersebut seraya mencarikan kain yang bisa digunakan untuk bendera yang begitu sulit didapat di zaman tersebut.
Baca Juga: Tangis Haru Anggota Paskibaraka Banjarbaru Dikukuhkan, Emban Amanah Kibarkan Sang Saka Merah Putih
Seorang Perwira Jepang
Shimizu sendiri dikisahkan sebagai orang jepang yang simpatik terhadap perjuangan bangsa Indonesia untuk merdeka.
Shimizu adalah perwira Jepang, pimpinan barisan Propaganda Jepang, yaitu gerakan Tiga A.
ia juga ditunjuk sebagai perantara perundingan Indonesia-Jepang tahun 1943.
“Shimizu merasa nyaman ketika harus mendengarkan uneg-uneg, pikiran dan juga pendirian orang Indonesia saat itu. Terlebih, rakyat sudah menganggap Shimizu sebagai sahabat karib,” tulis buku itu.
Melalui Shimizu pula, Fatwamati mendapatkan selembar kain yang dijahit sebagai bendera pusaka sang saka merah putih.
Shimuzu sendiri mendapatkan kain tersebut dari pembesar Jepang yang mengepalai Gudang di daerah pintu air, depan bioskop Capitol, Jakarta Pusat.
Dari situ, lantas kain tersebut dikasihkan ke Fatmawati lewat Chairul Basri.
Akhirnya, Fatmawati pun menjahit kain tersebut dijahit pada Oktober 1944, dua minggu sebelum kelahiran putra sulungnya, Guntur Soekarnoputra. Fatmawati menjahit dengan tangan dia sendiri.
Setahun kemudian, bendera buatan tangan Fatmawati itulah yang dikibarkan tepat di hari Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945.
Itulah kisah dari sosok Shimizu, seorang perwira Jepang yang membantu proses penjahitan sang bendera pusaka.
Usai kemerdekaan, Shimizu sendiri mendapatkan penghargaan dari pemerintah dan diundang ke Indonesia pada tahun 1978.
"Lama saya tidak bertemu Shimizu. Ia tinggal di Tokyo dan bertahun-tahun meninggalkan Indonesia. Tahun 1978 ia diundang Presiden Soeharto ke Indonesia untuk menerima penghargaan atas jasa-jasanya," kenang Chairul Basri dalam memoarnya Apa yang Saya Ingat
Penulis : Dedik Priyanto Editor : Iman-Firdaus
Sumber : Kompas TV