Cuma 15 Alat Deteksi Dini Tsunami di Cilacap yang Berfungsi, Padahal Ada Potensi Gempa Bumi M8,7
Peristiwa | 30 Juli 2022, 08:53 WIBCILACAP, KOMPAS.TV – Jumlah alat early warning system (EWS) atau peringatan dini tsunami di pesisir selatan Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, yang berfungsi hanya 15 unit dari 22 yang ada.
Penjelasan itu disampaikan oleh Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Cilacap Wijonardi, Jumat (29/7/2022).
"Kondisi uji terakhir pada tanggal 10 dan 26 Juli yang berfungsi hanya 15," kata Wijonardi, dikutip dari Kompas.com.
Selain banyak yang rusak, menurutnya alat tersebut juga memiliki kelemahan, karena menggunakan daya listrik dari PLN.
Sehingga, jika terjadi gempa bumi dan aliran listrik padam, ada kekhawatiran alat EWS tidak berfungsi.
Namun demikian, kata Wijonardi, kini telah terpasang tambahan tiga alat EWS baru yang menggunakan panel surya.
Baca Juga: Potensi Gempa M8,7 dan Tsunami 10 Meter di Cilacap, Kepala BMKG Sebut Bukan Ramalan tapi Kajian
"Idealnya kita butuh paling tidak 75 EWS. Terbaru ada tiga yang menggunakan panel surya, yang 22 lainnya masih pakai listrik PLN," ujar Wijonardi.
Ia menambahkan, garis pantai Cilacap sepanjang 50 kilometer, membentang dari kawasan kota di sisi barat hingga perbatasan Kebumen di sisi timur.
"Jumlah penduduk yang berpotensi terkena gelombang tsunami berada di 55 desa/kelurahan yang tersebar di 10 kecamatan," kata Wijonardi.
Berdasarkan hasil simulasi pada saat Hari Kesiapsiagaan Bencana, lanjut dia, didapatkan data sampling sebanyak 95 persen masyarakat mampu menyelamatkan diri sampai zona hijau.
"Itu belum dihitung kondisi psikologis ketika terjadi bencana sesungguhnya, bisa menurunkan angka yang selamat. Maka dari itu kemarin kepala BMKG mengingatkan agar simulasi sesering mungkin," ujar Wijonardi.
Sebelumnya, diberitakan KOMPAS.TV, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengingatkan masyarakat waspada terhadap potensi tsunami setinggi 10 meter di pesisir Cilacap, Jawa Tengah.
Hal itu disampaikan Kepala BMKG Dwikorita Karnawati usai membuka sekolah lapang gempabumi (SLG) yang digelar BMKG Stasiun Geofisika Banjarnegara di Cilacap, Rabu (27/7/2022).
Menurutnya, Cilacap yang berada di garis Pantai Selatan Jawa menghadap langsung zona tumbukan lempeng antara lempeng Samudera Hindia dengan lempeng Eurasia.
“Dari hasil pemodelan tsunami dengan skenario terburuk, dikhawatirkan berpotensi terjadi tsunami dengan ketinggian lebih dari 10 meter di pantai Cilacap, sebagai akibat dari gempabumi dengan kekuatan M = 8,7 pada zona megathrust dalam tumbukan lempeng tersebut," ungkapnya melalui keterangan tertulis.
Dalam kegiatan itu, Dwikorita mengingatkan masyarakat akan ancaman gempa bumi dan tsunami di sepanjang selatan Pulau Jawa.
Sementara, Kepala Stasiun Geofisika Banjarnegara Setyoajie Prayoedhie mengatakan, pernyataan itu berdasarkan hasil pemodelan numerik dari kajian saintifik terkait potensi tsunami di Selatan Jawa.
"BMKG mengidentifikasi bahwa di selatan Jawa, khususnya Cilacap terdapat zona subduksi lempeng Indo-Australia yang menyusup masuk ke lempeng Eurasia di utara," kata Ajie saat dihubungi Kompas.com, Jumat (29/7/2022).
Baca Juga: Gempa M 7,3 Guncang Filipina: Bangunan Rusak, Longsor dan Operasional Kereta Api Dihentikan
Menurutnya, akumulasi energi yang tersimpan sebagai dampak aktivitas subduksi itu diperkirakan dapat memicu gempa bumi dengan magnitudo 8.7.
"Berdasar pada kajian saintifik itulah, BMKG memodelkan dampak yang mungkin terjadi jika gempa bumi dengan magnitudo 8.7.”
“Itu terjadi berdasarkan skenario terburuk, khususnya terkait landasan gelombang tsunami di Cilacap," jelas Ajie.
Pemodelan itu, kata Ajie, sebagai rujukan bagi stakeholder terkait untuk meningkatkan usaha mitigasi.
Penulis : Kurniawan Eka Mulyana Editor : Gading-Persada
Sumber : Kompas.com, Kompas TV, bmkg.go.id