Otto Iskandar Dinata, Pahlawan dengan Kematian Misterius, Hanya Pasir dan Air di Peti Mati
Sosok | 26 Juli 2022, 06:10 WIB"Pada malam harinya di Gedung Pejambon anggota-anggota PPKI berkumpul lagi untuk memilih kepala negara. Dalam sidang itu, Otto Iskandar Dinata selalu hadir. Beliau malahan berdiri dan mengusulkan supaya Ir Soekarno dan Drs Moh Hatta segera dipilih sebagai presiden dan wakil presiden," demikian buku tersebut menjelaskan.
Usul Otto diterima secara bulat oleh semua peserta yang hadir. Dengan begitu, republik yang berumur sehari itu memiliki presiden dan wakilnya berkat usul Otto Iskandar Dinata.
Sementara Otto diangkat sebagai Pemimpin Badan Pembantu Prajurit (BPP) sekaligus Menteri Negara yang salah satu tugasnya adalah mengoordinasikan dan mengonsolidasikan berbagai laskar perjuangan yang ada seperti Badan Keamanan rakyat, yang kemudian menjadi cikal bakal Tentara Nasional Indonesia (TNI).
Namun pergolakan revolusi masih memanas. Situasi negara usai proklamasi belum stabil, sering terjadi pemberontakan dan pertempuran.
Pagi hari di bulan Oktober, sesudah sarapan, Otto kedatangan tamu yang mengajaknya untuk rapat. Tanpa curiga dia pun ikut bersama tamu yang tidak dia kenal pasti itu. Sejak itu, dia tidak pernah kembali ke rumah.
Hingga tersiar kabar, pada 20 Desember 1945, Otto dinyatakan gugur tanpa diketahui jasadnya. Penetapan tanggal kematian itu, hanya berdasarkan kesaksian seorang nelayan yang melihat dari kejauhan ada jasad yang dipancung dan mayatnya dilarung di laut.
Sekitar 14 tahun sejak dinyatakan gugur, sosok eksekutor itu diketahui bernama Mujitaba dan dibawa ke pengadilan. Namun, siapa yang mengorder pembunuhan "Si Jalak Harupat" (sebutan Otto) itu? Tidak diketahui sampai sekarang.
Baca Juga: Meski Di Tanah Rantau Semangat Pahlawan Pattimura Tetap Dikobarkan Bagi Pemuda Maluku Di Sorong Raya
Pada suatu hari, sebuah peti mati dibawa ke Kota Bandung pada 1952. Kala itu kerabat dan keluarga ikut mengantarkan peti mati itu untuk dimakamkan di sebuah desa di Lembang, Bandung. Namun dalam peti itu tak ada jasad sang pahlawan, hanya gundukan pasir dan air yang dibawa dari Pantai Mauk, tempat Otto dieksekusi. Karena itu, tempat peti mati itu dikuburkan, diberi nama makam petilasan.
Penulis : Iman Firdaus Editor : Hariyanto-Kurniawan
Sumber : Kompas TV