Pertemuan Kedua IAC B20 Bahas Isu Kesetaraan Gender, Kesehatan, dan Keuangan Berkelanjutan
Update | 19 Juli 2022, 22:17 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV - International Advocacy Caucus (IAC), kelompok yang terdiri dari sekitar 30 CEO global terkemuka dan pemimpin federasi bisnis dari negara-negara G20 yang menjadi pemandu Presidensi B20, telah menggelar forum pertemuan kedua pada Selasa (12/7/2022) secara daring.
IAC membahas tiga topik prioritas, yakni pertumbuhan inklusif, kesetaraan akses kesehatan, serta green transition (transisi hijau).
Tiga isu utama yang dibahas dalam pertemuan kedua ialah pencegahan krisis kesehatan di masa depan melalui kolaborasi, dukungan terhadap peran perempuan dalam bisnis, serta green financing (pembiayaan hijau).
Ketua B20 Indonesia, Shinta Kamdani menyatakan bahwa IAC berkomitmen mendukung upaya kolaboratif yang berlangsung di negara-negara G20 melalui penyusunan rekomendasi konkret agar dapat ditindaklanjuti oleh pemerintah negara G20.
“Dalam mencegah krisis kesehatan di masa depan, IAC melihat pandemi Covid-19 menjadi pelajaran penting. Untuk mengantisipasi munculnya krisis kesehatan di masa depan diperlukan kolaborasi dari semua pihak, utamanya pemerintah dan swasta,” kata Shinta melalui keterangan pers yang diterima KOMPAS TV, Selasa.
Baca Juga: Keuangan hingga Infrastruktur, Apa Target Indonesia yang Ingin Dicapai pada Forum B20?
Adapun Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Indonesia dan Co-Chair B20 Indonesia, Arsjad Rasjid, menyampaikan bahwa guna mempertahankan dan mendorong pemulihan lokal dan global serta menekan risiko volatilitas pasar keuangan, B20 Indonesia berkomitmen untuk menyusun B20 Legacy Program.
“B20 Legacy Program dirancang untuk memberikan hasil konkret dan dapat ditindaklanjuti melalui kolaborasi lintas batas yang akan bertahan melampaui periode jabatan B20 Indonesia serta meninggalkan dampak signifikan dan positif bagi komunitas G20 yang lebih luas” ujarnya.
Terkait isu kesetaraan gender dan peran perempuan, Chair International Chamber of Commerce dan CEO Orestia Mexico, Maria Fernanda Garza, menyebut ada beberapa bidang spesifik untuk mempercepat inklusi perempuan dalam perdagangan lintas batas.
"Termasuk action plan untuk mengatasi kesenjangan gender pada tahun 2030, meningkatkan ketersediaan jaminan pembiayaan bagi para pengusaha perempuan, dan mengumpulkan gender disaggregated trade data (data perdagangan menurut gender),” jelasnya.
Baca Juga: B20 Indonesia Dorong Pemberdayaan Gender dalam Perdagangan Internasional
Ia juga mengajak anggota IAC lain untuk fokus pada partisipasi perempuan dalam perdagangan global. Sebab, pengusaha perempuan sering kali menghadapi hambatan hukum, komersial, dan budaya yang membatasi pertumbuhan bisnis mereka.
Penulis : Nadia Intan Fajarlie Editor : Edy-A.-Putra
Sumber : Kompas TV