Cerita 8 Jemaah Haji Indonesia kena Heat Stroke di Arafah, Sehat Lagi karena Rompi Penurun Suhu
Agama | 8 Juli 2022, 06:03 WIBARAFAH, KOMPAS.TV – Kepala Pusat Kesehatan Haji Budi Sylvana mengisahkan, ada delapan jemaah haji Indonesia mengalami heat stroke saat di Arafah.
Heat stroke sendiri merupakan penyakit yang sering menimpa jemaah haji akibat cuaca panas yang ekstrem.
Menurut Budi, delapan jamaah calon haji yang mengalami heat stroke di Arafah berhasil diselamatkan dan sehat kembali berkat rompi penurun suhu dari bahan carbon cool.
"Alhamdulillah delapan jamaah calon haji berhasil diselamatkan dari 'heat stroke'," katanya di Mekkah Kamis malam dikutip dari Ântara (8/7/2022).
Sebagai informasi, hari ini Jumat 9 Zulhijah adalah puncak haji 2022 dan para jermaah haji di seluruh dunia akan berkumpul untuk melakukan wukuf di Arafah.
Budi lantas menjelaskan, saat ini delapan jamaah calon haji yang mengalami heat stroke di Arafah kondisinya sudah kembali sehat berkat ikhtiar terapi jaket penurun suhu atau "carbon cool".
"Salah satu contoh adalah jamaah calon haji kloter lima dengan suhu 40,5 derajat, heat stroke dan hipertensi. Alhamdulillah suhu dalam waktu 15 menit bisa turun suhunya dan sehat kembali," katanya.
Baca Juga: Jemaah Indonesia Berdatangan di Arafah Bersiap untuk Puncak Haji, Talbiyah pun Menggema: Labbaik..
Budi meminta semua petugas mengawasi pergerakan jamaah calon haji di setiap maktab.
Jika mengalami perburukan kondisi kesehatan segera dibawa ke Posko Kesehatan Satelit atau Pos Kesehatan Arafah untuk ditangani lebih lanjut.
Jamaah Indonesia mulai memasuki Arafah sejak pukul 09.00 waktu setempat pada Kamis kemarin.
Mereka mulai menempati tenda-tenda yang sudah ditentukan sesuai maktabnya.
Rompi penurun suhu merupakan inovasi yang dilakukan Kementerian Kesehatan untuk penanganan kasus heat stroke pada jamaah calon haji pada fase Armuzna.
Sebanyak 10 jaket disiapkan untuk petugas, sementara 20 jaket disiapkan untuk pertolongan pertama pada jamaah yang mengalami heat stroke.
Teknologi "carbon cool" digunakan karena memiliki daya tahan dingin yang lama hingga 8-12 jam, jauh lebih lama dibandingkan dengan penggunaan es atau 'ice gel', tidak cepat mencair dan tidak basah.
Penulis : Dedik Priyanto Editor : Iman-Firdaus
Sumber : Kompas TV/Antara