Jokowi ke Ukraina dan Rusia, Pengamat Ingatkan 3 Risiko Keamanan yang Harus Diwaspadai
Peristiwa | 26 Juni 2022, 19:05 WIB"Kemudian ancaman ketiga, yang ada di Moskow juga patut diwaspadai karena banyak juga pihak yang tidak menginginkan hubungan harmonis Jokowi-(Presiden Rusia Vladimir) Putin tetap terjaga," ungkap Ridlwan.
Sementara itu, jurnalis harian Kompas, Kris Mada, yang berada di Sumy, Ukraina menuturkan, pada Minggu (26/6) pukul 06.30 waktu setempat, Kiev dilaporkan diguncang serangkaian ledakan.
Menurut penjelasannya, ledakan yang diyakini merupakan hasil serangan jarak jauh Rusia ini terjadi di titik yang berada sekitar lima kilometer dari kantor Presiden Ukraina.
"Tadi pagi sekitar pukul 06.30 waktu Kiev, Wali Kota Kiev mengumumkan ada rudal yang mencapai kota Kiev," kata Kris dalam program Kompas Petang KOMPAS TV.
Baca Juga: Misi Jokowi Masuk Wilayah Perang Rusia-Ukraina, Buka Dialog Perdamaian hingga Gencatan Senjata
"Lokasi ledakan itu sekitar 5 km dari Kantor Presiden Ukraina dan tidak sampai 1 km kantor Kedutaan Amerika Serikat untuk Ukraina," jelasnya.
Kris juga menyebut, terjadi peningkatan serangan dari Rusia ke Ukraina dalam beberapa waktu terakhir ini.
Misi Jokowi ke Ukraina-Rusia
Presiden Jokowi mengungkapkan, tujuannya mengunjungi Ukraina dan Rusia yakni untuk membuka ruang dialog perdamaian dan mendorong gencatan senjata di tengah konflik kedua negara.
"Saya akan mengunjungi Ukraina dan akan bertemu dengan Presiden Zelenskyy. Misinya adalah mengajak untuk membuka ruang dialog dalam rangka perdamaian, untuk membangun perdamaian," ujar Jokowi di Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang, sebelum lepas landas.
"Karena memang perang harus dihentikan dan juga yang berkaitan dengan rantai pasok pangan harus diaktifkan kembali," tegasnya.
Selepas berkunjung ke Ukraina, Jokowi kemudian akan menuju Rusia untuk bertemu dengan Presiden Vladimir Putin. Misinya juga sama yakni membuka ruang dialog dan menghentikan perang.
"Sekali lagi, dengan misi yang sama, saya akan mengajak Presiden Putin untuk membuka ruang dialog dan sesegera mungkin untuk melakukan gencatan senjata dan menghentikan perang," lanjutnya.
Penulis : Isnaya Helmi Editor : Edy-A.-Putra
Sumber : Kompas TV