> >

Partai Islam Krisis Figur Kuat, Anies Baswedan Dinilai Bisa Jadi Solusi

Rumah pemilu | 21 Juni 2022, 14:56 WIB
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswdan saat menghadiri perayaan hari ulang tahun (milad) ke-20 Partai Keadilan Sejahtera (PKS), di Istora Senayan Jakarta, Minggu (29/5/2022). Peneliti sebut, Anies Baswedan bisa jadi penolong elektabilitas partai Islam (Sumber: Tangkap Layar Youtube PKSTV)

JAKARTA, KOMPAS.TV – Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, disebut paling cocok diusung partai-partai Islam pada gelaran Pilpres 2024 mendatang.

Potensi itu diungkap peneliti Politik Islam dari The Political Literacy, Muhammad Hanifuddin, yang menyebut soal hasil Survei Litbang Kompas yang dikeluarkan Juni 2022 tentang partai Islam yang cenderung menurun dan stagnan.  

Menurut Hanif, ada faktor ketokohan yang kurang di baik partai-partai Islam hingga bikin elektabilitas menurun. 

Ia pun menyebut, Anies Baswedan meskipun nonpartai, tapi bisa berpotensi diusung partai Islam di tengah tren penurunan elektablitas ini. 

“Anies Baswedan memang tokoh nonpartai, tidak bisa mewakili salah satu partai, kecuali kalau nanti diusung koalisi partai Islam (membantu elektabilitas),“ ujarnya kepada KOMPAS.TV Selasa (21/6/2022).

Nama Anies Baswedan muncul sebagai alternatif karena, menurut Hanif, partai-partai Islam belum punya tokoh kuat di publik. 

“Rendahnya elektabilitas partai Islam ini juga terkait dengan krisis ketokohan dan figur (dari partai Islam). Baik kader partai yang selama ini duduk di kementerian, gubernur, wali kota maupun bupati," ungkapnya. 

Ia pun menyebut, praktis, tidak ada representasi ataupun dari partai Islam yang muncul minimal 5 besar dalam pelbagai survei. 

"Indikasinya adalah hasil survei calon presiden dan wakil presiden 2024 tidak banyak menempatkan kader partai tersebut ke tiga atau lima besar,” ujarnya.

Baca Juga: Survei Litbang Kompas Sebut Partai Islam Stagnan, Peneliti Ungkap Dua Faktor Ini Penyebabnya

Cuma Muhaimin Terang-terangan Capres dari Partai Islam 

Ia pun menyebut, dari partai-partai Islam yang ada sekarang ini, praktis cuma PKB yang terang-terangan menawarkan nama capres, yakni ketum mereka, Abdul Muhaimin Iskandar atau Cak Imin.

Tapi, kata Hanif, elektabilitas dia rendah dan itu cukup berat mengangkat partai-parti Islam.

“Cak Imin punya partai PKB, tapi secara personal, rendah sekali elektabilitasnya," ujarnya. 

Apalagi, kata dia, dinamika terakhir, PKB sepertinya akan memilih gabung dengan partai nasionalis.

Padahal, sebelumnya seperti sudah cocok koalisi dengan PKS dan mengusung koalisi bernama Semut Merah. 

“Dinamika terakhir menerima jadi cawapres Prabowo, koalisi Gerindra-PKB. Ini lebih berpotensi," ujarnya. 

Seperti diberitakan KOMPAS.TV sebelumnya, partai-partai Islam cenderung stagnan secara elaktabilitas berdasarkan Survei Litbang Kompas yang dikeluarkan Juni 2022 ini.

Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS), misalnya, menunjukkan angka elektabilitas 5,4 persen.

Bahkan PKS, jika dibandingkan dengan hasil survei pada Januari lalu, yakni 6,8 persen, elektabilitas PKS menunjukkan penurunan.

Hal yang sama juga berlaku bagi PKB yang cenderung turun meski kecil, dengan 5,5 persen (Januari), dan 5,4 persen (Juni).

Penurunan elektabilitas juga terjadi pada Partai Persatuan Pembangunan (PPP), dari 2,8 persen pada survei Januari lalu, menjadi 2,0 persen pada Juni 2022.

Hanya Partai Amanat Nasional (PAN) yang naik dari 2,5 persen di survey Januari, dan sekarang menjadi 3,6 persen.

Penulis : Dedik Priyanto Editor : Desy-Afrianti

Sumber : Kompas TV


TERBARU