Survei Litbang Kompas Sebut Partai Islam Stagnan, Peneliti Ungkap Dua Faktor Ini Penyebabnya
Rumah pemilu | 21 Juni 2022, 13:58 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV – Peneliti politik Islam dari The Political Literacy, Muhammad Hanifuddin, menilai ada dua faktor penyebab partai Islam menurun belakangan ini.
Apalagi, menurutnya, hal itu bisa dilihat dalam Survei Litbang Kompas yang dikeluarkan Juni 2022 ini yang menyebutkan, partai Islam cenderung stagnan dan tidak mengalami peningkatan signifikan.
“Dalam perspektif ilmu politik, semisal menurut Anthony Downs (1998), ada dua faktor mengapa elektabilitas partai politik rendah. Pertama, ketiadaan konsistensi visi misi dan program partai yang dirasakan masyarakat,” ujarnya kepada KOMPAS.TV Selasa (21/6/2022).
Hanif lantas menyebut, visi dan misi ini krusial.
Apalagi, menurutnya, saat ini masyarakat justru cenderung rasional ketika melihat partai.
“Secara rasional, masyarakat akan memilih partai yang terbukti atau dinilai memberikan manfaat dan keuntungan,” ujarnya.
Faktor kedua, menurut Hanif terkait dengan citra yang ditampilkan para partai Islam.
Apalagi, menurut Hanif, jika partai Islam justru tersandung masalah korupsi, maka itu akan menurunkan nilai mereka di hadapan publik.
“Faktor Kedua, ketiadaan figur dan citra partai yang baik dan kredibel. Masyarakat mulai tidak respek pada partai Islam ketika ada kader partai Islam terjerat kasus korupsi,” tuturnya.
Dalam kasus korupsi ini, lanjut Hanif, tidak ada perbedaan mencolok antara partai Islam dengan partai biasa.
“Tidak ada kosistensi dan distingsi antara partai Islam ataupun partai lain,” terangnya.
Hanif juga menyebut soal ideologi dari partai-partai Islam yang dianggap telah membaur.
Jadi, secara isu, menurutnya, bahkan tidak jauh berbeda antara partai-partai Islam ini dengan partai yang bukan partai Islam, bahkan relatif serupa.
“Selain itu, dalam perkembangan politik Indonesia kontemporer, ideologi partai sudah menjadi membaur bahkan kabur antara partai religius nasionalis dan nasionalis religius,” kata dia.
Partai Islam itu, menurut Hanif adalah PPP, PKS, PAN, PKB, PBB, serta partai baru seperti Gelora, Partai Ummat, PBB, serta Partai Pelita.
Partai-partai itu disebut Hanif harus berjuang ekstra agar nanti bisa berbicara banyak di Pemilu 2024 di tengah tren yang justru menurun.
Baca Juga: Pengamat : Andai Pemilu Dilakukan Hari ini, Lima Partai Islam Gagal Menempatkan Kader di DPR
Baca Juga: Hasil Survei Litbang Kompas: Partai Islam Tak Beranjak Naik, Cenderung Turun
Seperti diberitakan KOMPAS.TV sebelumnya, Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS), misalnya, menunjukkan angka elektabilitas 5,4 persen.
Bahkan PKS, jika dibandingkan dengan hasil survei pada Januari lalu, yakni 6,8 persen, elektabilitas PKS menunjukkan penurunan.
Hal yang sama juga berlaku bagi PKB yang cenderung turun meski kecil, dengan 5,5 persen (Januari), dan 5,4 persen (Juni).
Penurunan elektabilitas juga terjadi pada Partai Persatuan Pembangunan (PPP), dari 2,8 persen pada survei Januari lalu, menjadi 2,0 persen pada Juni 2022.
Hanya Partai Amanat Nasional (pan) yang naik dari 2,5 persen (Januari) menjadi 3,6 persen (Juni).
Penulis : Dedik Priyanto Editor : Desy-Afrianti
Sumber : Kompas TV