> >

Mengapa Remaja Bisa Nekat Bikin Konten Medsos Ekstrem Meskipun Membahayakan Diri Sendiri?

Peristiwa | 12 Juni 2022, 11:27 WIB
Beberapa media asing soroti tren remaja Indonesia yang mengadang truk demi viral. (Sumber: Independent Singapore)

Bagi Arina, hal tersebut akan menjadi gangguan apabila menjadi dorongan yang tidak bisa dikontrol bahkan sampai pertimbangan logisnya tidak jalan.

"Selain itu juga kita perlu lihat, mungkin sosial media hanya menjadi satu sumber dia untuk mengekspresikan diri dan lain sebagainya. Kalau memang itu yang terjadi ada hal 
-hal yang harus diperhatikan dan perlu diwaspadai lagi," tuturnya.

Oleh sebab itu, Arina menganggap penting dan perlu adanya pengawasan dari orang-orang sekitar. Artinya, ketika remaja dikenal belum bisa memutuskan sesuatu dengan logis, maka orang-orang sekitar dapat membantu salah satunya memutuskan mana yang berbahaya dan tidak.

Tak hanya bagi remaja, bahkan pengawasan dan bimbingan juga diperlukan bagi seorang dewasa muda sekira umur 20 tahunan.

"Jika diibaratkan butuh peran satu kampung untuk mendidik anak itu benar sekali, karena kita tidak tahu anak ini bisa dapet informasi dari mana dan dari medsos yg mana," kata Arina.

Dalam hal ini Arina menerangkan, pengawasan yang dimaksud tidak hanya berupa larangan. Melainkan orang-orang sekitar bisa membantu memahami dan bisa mengarahkan remaja untuk berpikir lebih lanjut.

"Kalau dilarang tanpa alasan jadi termotivasi dan ingin mencoba. Jadi yang bisa dilakukan adalah membantu anak untuk memahami dan berpikir lebih lanjut. Apasih yang ada dipikiran dia tentang hal itu dan ditanya konsekuensi apa saja yang akan didapatkan," terangnya.

Kemudian, jika sudah ditanya soal pikiran anak soal satu keputusan tertentu beserta konsekuensinya namun belum paham.

Maka, remaja atau anak-anak bisa diberikan pemahamanan sesuai dengan bahasa yang mudah mereka pahami. Sehingga kemudian, kesadaran bisa muncul bukan karena larangan orang lain melainkan muncul dari dalam diri.

Baca Juga: Media Asing Soroti Tren Adang Truk hingga Tewas di Indonesia Sebut sebagai Prank Malaikat Maut

Selain memberi pemahaman soal risiko, Arina mengungkapkan ada cara lain yang bisa dilakukan, yakni memahamkan mereka tentang pentingnya berperan dan membentuk identitas diri di dunia nyata.

"Kadang kita melihat hanya dilayar aja, namun luput bahwa gambar yang menayangkan 1-2 menit itu tidak menggambarkan kehidupan orang lain secara menyeluruh. Itu yang perlu disadari bahwa kita tidak bisa mengacukan diri hanya dari situ," ungkapnya.

Penulis : Nurul Fitriana Editor : Gading-Persada

Sumber : Kompas TV


TERBARU