Sejarawan Ungkap Peran Cak Nur Tenangkan Militer Orde Baru yang Curiga Pada Islam
Peristiwa | 3 Juni 2022, 10:10 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV – Sejarawan dan pengamat militer Profesor Salim Salim mengisahkan peran cendekiawan muslim almarhum Nurcholis Madjid atau biasa disapa Cak Nur ketika terjadi gesekan antara militer di masa Orde Baru dan Islam.
Menurut Salim Said yang dikenal sebagai sejarawan militer itu, ketika Orde Baru sedang kuat, Islam sebagai pergerakan kerap dicurigai akan menjungkalkan pemerintahan Soeharto.
Soeharto sendiri menurut penulis buku Militer Indonesia dan Politik dan Gestapu 65 itu adalah merupakan sosok militer dan presiden yang berasal dari kelompok abangan.
Cak Nur dikisahkan oleh Salim Said bisa menenangkan sikap militer saat itu dengan pemikiran dia tentang relasi negara dan Islam.
“Dimensi historis dari pemikiran Cak Nur harus mendapat perhatian mendalam. Bagaimana berubahnya sikap pemerintah orba terhadap Islam di Indonesia. Terutama dari elemen militer yang takut sekali pada Islam,” ungkap Salim Said dalam peluncuran "Center For Nurcholis Madjid Studies" di Universitas Paramadina, Jakarta, Kamis (2/6/2022).
Hubungan negara dan Islam serta militer Orde baru mulai cair karena pemikiran Cak Nur.
Apalagi, menurut Salim Said, di tengah milter orde baru yang sedang gencar mencurigai Islam dan kelompok-kelompok Islam waktu itu.
“Dikemudian hari sikap dan pemikiran Cak Nur bisa menenangkan pihak militer untuk mengurangi kecurigaan kepada umat Islam,” tambahnya.
Baca Juga: Cerita Mantan Hakim MK soal Cak Nur dan Gus Dur yang Jarang Diketahui, Antara Pemikiran dan Praktik
Dari mana datangnya ketakutan militer Orde baru terhadap Islam?
Salim Said mengungkapkan, ketakutan militer orde baru bersumber dari Soeharto sendiri.
Apalagi, ada semacam tuntutan terkait negara Islam dan piagam Jakarta yang sempat jadi polemik di awal-awal revolusi.
“Konsep negara Islam ditolak Soeharto dan kalangan tentara. Sikap tentara yang anti Islam bersumber dari Soeharto sendiri yang abangan,” tuturnya.
Cak Nur juga dikishkan oleh Salim Said berperan besar dalam konteks Keindonesiaan.
Salah satunya adalah momen penting dibebaskannya orang Islam dari jargon kalau anda Islam maka harus pilih partai Islam. Jargonnya yang terkenal, "Islam Yes, Partai Islam No."
Cak Nur membebaskan hal itu dan itu efeknya besar dalam sejarah.
Baca Juga: Mengenang Nurcholis Madjid, Pemikir dan Pembaharu Islam yang Ilmunya Terus Dikaji
Sejarah mencatat, sosok ini merupakan cendekiawan muslim yang berpengaruh di Indonesia. Jejak pemikiran dan pembaharuannya tentang Islam terus dikaji sampai kini.
Cak Nur, sapaan Nurcholis Madjid, adalah cendekiawan muslim yang punya jejak pengaruh besar dalam pemikiran Islam kontemporer di Indonesia. Ia juga mendirikan Universitas Paramadina dan aktif berkarya.
Karya-karya Cak Nur turut serta menyegarkan pemikiran Islam di Indonesia dengan pelbagai karyanya seperti “Khazanah Intelektual Islam” (1984), “Islam, Kemodernan, dan Keindonesiaan” (1987), “Islam, Doktrin, dan Peradaban” (1992), “Pintu-pintu Menuju Tuhan” (1994), dan lainnya.
Ia lahir pada 17 Maret 1939 da berpulang pada 29 Agustus 2005 yang lalu. Namanya harum sebagai salah satu pemikir muslim Indonesia yang paling banyak dikaji di kampus-kampus dan diperbicangkan dalam forum ketika membicarakan perkembangan Islam di Indonesia.
Penulis : Dedik Priyanto Editor : Iman-Firdaus
Sumber : Kompas TV