Kisah Kesederhanan Mendiang Buya Syafii Maarif, Tidur di Tikar Tipis hingga Jadi Pelayan Toko Kain
Peristiwa | 27 Mei 2022, 14:31 WIBJAKARTA, KOMPAS. TV – Indonesia kehilangan salah satu putera terbaiknya. Ahmad Syafii Maarif atau kerap disapa Buya Syafii meninggal dunia, pagi tadi Jumat (27/5/2022).
Buya Syafii dikenal banyak orang sebagai sosok yang sederhana. Meskipun merupakan sosok cendekiawan terkemuka dan pernah menjabat di berbagai posisi penting, tapi Syafii Maarif tidak pernah menunjukan gaya hidup berlebihan.
Salah satu kisah kesederhanaan Maarif yang pernah viral di internet adalah ketika dia 'dipergoki' berpergian dengan kereta api.
Padahal, ketika itu medio 2017, Maarif merupakan anggota Dewan Pengarah Unit Kerja Presiden Pembinaan Ideologi Pancasila (UKP-PIP).
Dalam foto yang viral itu Buya Syafii tampak sedang duduk menunggu kereta api di Stasiun Tebet bersama keponakannya, Asmul Khairi.
Mereka hendak menuju ke Istana Kepresiden Bogor untuk menghadiri kegiatan UKP -PIP.
Sikap ugahari Buya Syafi’i bukan sesuatu yang artifisial atau demi pencitraan. Hidup sederhana sudah dilakoninya semenjak masa belia di Nagari Calau yang kini bernama Nagari Sumpur Kudus, Kecamatan Sumpur Kudus, Sinjunjung, Sumatera Barat.
Baca Juga: Jokowi Sempat Menjenguk Buya Syafii 2 Bulan Lalu: Saat Itu Beliau Sudah Sehat dan Bugar
Ketika usianya baru dua tahun, ibuanya meninggal dan kemudian Pi’i, begitu panggilan kecil Buya Syafii dititipkan kepada Bainah, bibinya.
Dalam Autobiografinya berjudul 'Memoar Seorang Anak Kampung, Syafii mengenang masa -masa kecil di kampungnya.
Seperti anak-anak kampung lainnya dia kerap bermain di sawah, bertingkah jahil, tetapi juga rajin mengaji.
Namun karena kesederhanaan ketika itu, membayangkan menjadi seorang professor apalagi bakal memimpin organisasi sebesar PP Muhamaddiyah, merupakan hal yang tidak terpikirkan sama sekali olehnya.
“…cita-cita untuk jadi sarjana tidak terbayang sama sekali. Jangankan terbayang, jata sarjana itu sendiri pun aku tidak paham,” tulis Buya Syafii soal kehidupannya ketika belajar di Madrasah Mu’alaimin Balai Tengah.
Baca Juga: Puan Maharani Kenang Buya Syafii Maarif: Kedekatan Kami seperti Cucu dengan Kakeknya
Namun kelokan besar yang mengubah jalan hidupnya adalah ketika merantau ke Yogyakarta karena diajak M Sanusi Latief, kakak satu suku.
Penulis : Vidi Batlolone Editor : Gading-Persada
Sumber : Kompas TV/berbagai sumber