> >

Sekjen DPR: Mikrofon Mati setelah 5 Menit, Jadi Tidak Benar Kalau Pimpinan DPR yang Memutus

Politik | 25 Mei 2022, 19:37 WIB
Ketua DPR RI Puan Maharani. Untuk ketiga kalinya Puan mematikan mikrofon saat anggota DPR melakukan interupsi. (Sumber: Tangkapan layar Youtube DPR RI.)

JAKARTA, KOMPAS.TV - Sekretariat Jenderal DPR memastikan tidak ada unsur kesengajaan dari Ketua DPR Puan Maharani sebagai pimpinan sidang untuk mematikan mikrofon saat anggota melakukan interupsi.

Sekjen DPR RI Indra Iskandar menjelaskan, secara teknis mikrofon yang biasa digunakan anggota DPR RI di ruang sidang paripurna, gedung Nusantara I, akan otomatis mati setelah menyala selama lima menit.

Pengaturan mikrofon ini sesuai dengan batas maksimal waktu bicara yang diberikan kepada anggota DPR yang merujuk aturan dalam Tata Tertib (Tatib) Anggota Pasal 256 ayat (6). 

Baca Juga: Jejak Puan "Hattrick" Matikan Mikrofon saat Rapat, PKS dan Demokrat Kecele Gagal Interupsi

Dalam pasal itu, diatur setiap anggota diizinkan bicara dan menyampaikan pertanyaan maksimal lima menit.

"Jadi tidak benar kalau ada Pimpinan DPR yang mematikan mik. Mik itu diatur berdasarkan Tatib ini pasal 256 ayat 6, lima menit otomatis mati. Itu memang batasnya itu ada di dalam Tatib," ujar Indra dalam keterangan tertulisnya, Rabu (25/5/2022).

Indra menambahkan anggota DPR yang terpotong saat mikrofon mati masih tetap bisa melanjutkan interupsi dengan menghidupkannya kembali.

Ia menegaskan teknis penggunaan pengeras suara yang disesuaikan dengan batas maksimal waktu bicara ini sudah menjadi kesepakatan di antara anggota dewan.

Baca Juga: Detik-detik Puan Matikan Mikrofon Politisi PKS saat Interupsi, Bicara LGBT hingga Waktu Habis

"Interupsi tetap berlangsung tapi setiap lima menit dengan sendirinya mik akan mati. Kan terdengar Pak Amin bisa menyalakan kembali miknya setelah mati sebentar," ujar Indra.

Lebih lanjut Indra menjelaskan batas waktu maksimal sidang paripurna DPR selama masa pandemi Covid-19 adalah 2 jam 30 menit. 

Karenanya, ketua DPR yang bertugas memimpin sidang, bertanggung jawab untuk sebisa mungkin tidak menabrak batas waktu tersebut.

Baca Juga: Fadli Zon: Mikrofon DPR Mati Otomatis Kalau Sudah 5 Menit, Kalau Belum Artinya?

"Kalau sidang paripurna kemarin kan bahkan sudah 3 jam, artinya sudah lebih 30 menit dari ketentuan, sehingga ada keharusan pimpinan sidang untuk segera menutup sidang," ujar Indra.

Peristiwa matinya mikrofon di tengah sidang paripuna DPR ini terjadi saat anggota DPR dari Fraksi PKS menyampaikan interupsi terkait persoalan hukum LGBT di akhir sidang paripurna, Selasa (24/5) kemarin.

Dikutip dari Kompas.com, saat itu Ketua DPR Puan Maharani selaku pimpinan sidang hendak menutup rapat paripurna karena telah melewati batas waktu yang ditentukan selama pandemi Covid-19, serta memasuki waktu Salat Zuhur. 

Namun, Amin tiba-tiba meminta waktu kepada Puan untuk menyampaikan interupsi. Puan lalu memberikan kesempatan bagi Amin untuk berbicara dengan waktu maksimal satu menit. 

Baca Juga: Komisi III DPR: Cabul LGBT dan Kumpul Kebo Bakal Masuk Pidana, Sedang Diproses Masuk RKUHP

Amin berusaha menawar dengan meminta waktu membacakan interupsi selama empat menit. 

Kesempatan menyampaikan interupsi pun diberikan. Secara garis besar, Amin mempersoalkan tidak adanya aturan hukum yang mengatur larangan terhadap seks bebas dan penyimpangan seksual.

Ia mendorong revisi Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) yang mengatur ketentuan tindak pidana kesusilaan secara lengkap.

Setelah sekitar tiga menit berbicara, suara Amin tiba-tiba menghilang. Lampu mikrofon yang berada di hadapannya terlihat mati yang membuatnya tampak kebingungan.

Baca Juga: Puan Minta Pencabutan PPKM Tak Buru-buru, Harus Ada Strategi yang Matang

Seketika, Puan kembali berbicara untuk menutup rapat paripurna dan menyampaikan terima kasih kepada seluruh peserta rapat.

Saat Puan sedang bertutur, Amin terus berupaya untuk melanjutkan interupsinya.

"Ini masih dua menit, Pimpinan. Terakhir penutup Pimpinan, maaf, penutup Pimpinan," ujar Amin.

Permintaan Amin itu tidak digubris oleh Puan yang terus berbicara hingga akhirnya menyatakan rapat ditutup.

"Dengan seizin sidang dewan, maka perkenankan kami menutup rapat paripurna dengan ucapan alhamdulillahi rabbil alamin, wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh, om shanti shanti om, namo budhaya," ujar Puan sambil mengetuk palu.
 

Penulis : Johannes Mangihot Editor : Gading-Persada

Sumber : Kompas TV, Kompas.com


TERBARU