Makna "Lengser Keprabon Madeg Pandito", Diucapkan Presiden Soeharto Setahun Jelang Kejatuhannya
Peristiwa | 21 Mei 2022, 09:38 WIBHarga kebutuhan pokok melambung, bikin rakyat menjerit.
Bank berguguran, dan masyarakat berbondong-bondong menarik dananya dari bank.
Situasi diperparah dengan nilai tukar rupiah yang jeblok hingga Rp16.000 per dollar AS.
Semenjak itu, beberapa tokoh nasional memelopori perlunya suksesi kepemimpinan nasional pasca-Presiden Soeharto.
Salah satu tokoh yang vokal akan hal itu yakni Amien Rais.
Pada periode itu pula, kritik-kritik tajam mengarah kepada pemerintah dan Presiden Soeharto.
Situasi ekonomi dan politik kemudian semakin memburuk.
Indonesia harus meminta bantuan dana moneter internasional (IMF).
Demonstrasi para mahasiswa terjadi dimana-mana, hingga jatuhnya korban nyawa mahasiswa Trisakti.
Dan pada pagi 21 Mei, tepat sekitar pukul 10.00 saat itu, Soeharto benar-benar lengser seperti keinginannya.
Baca Juga: Polemik Saling Serang Mahfud MD dan Fadli Zon Perihal Soeharto di Keppres 1 Maret
"Dengan memperhatikan ketentuan Pasal 8 UUD 1945 dan setelah dengan sungguh-sungguh memperhatikan pandangan pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat dan pimpinan fraksi-fraksi yang ada di dalamnya, saya memutuskan untuk menyatakan berhenti dari jabatan saya sebagai Presiden Republik Indonesia, terhitung sejak saya bacakan pernyataan ini pada hari ini, Kamis 21 Mei 1998," kata Soeharto dalam pidatonya.
Hanya saja setelah lengser, Soeharto tidak bisa menikmati "mandeg pandhito ratu".
Penulis : Iman Firdaus Editor : Gading-Persada
Sumber : Kompas TV