Virus Hendra Bisa Menular dari Kuda ke Manusia, Penularan via Kotoran
Kesehatan | 21 Mei 2022, 06:10 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV - Peneliti Griffith University Australia beberapa waktu lalu mengungkapkan bahwa virus hendra atau hendra virus (HeV) menular pada kuda dan manusia.
Virus tersebut telah terdeteksi di Australia yang terdapat pada urine kelewar berkepala hitam di New South Wales hingga Queensland.
Pemimpin Studi dari Centre for Planetary Health and Food Security Alison Peel mengungkapkan berdasarkan studi dari kelelawar tersebut pihaknya bisa mengidentifikasi varian virus tersebut dapat menular.
"Hasil studi kami dengan meneliti spesies kelelawar tertentu, membantu mengidentifikasi bagaimana varian virus ini menular ke kuda dan manusia," tutur Peel dikutip dari Kompas.com, Jumat (20/5/2022).
Virus hendra merupakan penyakit zoonosis yang ditularkan dari hewan ke manusia. Umumnya virus ini ditemukan pada akhir Mei hingga akhir Agustus. Akan tetapi, penularannya dapat terjadi di semua musim.
Baca Juga: 5 Cara Mencegah Penularan Virus Cacar Monyet yang Kasusnya Meningkat di Inggris
Peel mengatakan dalam penelitiannya mengungkapkan ada bukti baru yang menunjukkan risiko penularan virus tersebut kepada manusia.
"Perkembangan kelelawar berkepala abu-abu di wilayah NSW (New South Wales), Victoria dan Australia Selatan, biasanya tidak dianggap berisiko tinggi untuk menularkan virus hendra. Tetapi bukti terbaru menunjukkan ada risiko penularan virus hendra pada kuda dan pemiliknya (manusia)," jelas Peel.
Virus hendra rupanya telah lama ditemukan dan merupakan salah satu penyakit endemi di berbagai wilayah.
Epidemiolog dari Griffith University Australia Dicky Budiman mengatakan virus ini berasal dari flyfing fox, kelelawar yang memakan buah-buahan dan mematikan.
Baca Juga: Cegah Virus Pada Sapi, Peternak Sapi Mandiri Suntik Vitamin dan Antibiotik
"Yang menjadi kenapa manusia sering kali terpapar hendra virus ini, karena kelelawar buah sering akhirnya menginfeksi kuda," tutur Dicky kepada Kompas.com.
"Ketika menginfeksi kuda, kotorannya flying fox ini mencemari makanan yang dimakan kuda, itu menginfeksi kuda dan mematikan," lanjut.
Infeksi virus hendra yang telah dilaporkan sejak 1994 silam itu menyebabkan 80 persen kematian pada kuda. Risiko kematian juga tercatat pada manusia yang terpapar virus tersebut.
"Tujuh dari 10 manusia yang terkena hendra virus meninggal. Makanya ini suatu penyakit yang sumbernya dari binatang atau zoonotik virus yang mematikan dan berbahaya," imbuhnya.
Untuk menjadi catatan, penularan virus hendra ke manusia relatif jarang terjadi. Total hanya tujuh pasien yang dilaporkan mengalami infeksi dari virus ini sampai 2013.
Bagaimana virus hendra menginfeksi?
Dicky mengatakan virus hendra bisa menular dari hewan ke manusia. Namun, penularan manusia ke manusia belum ditemukan.
Untuk diketahui proses penularan virus ini terjadi ketika seseorang menyentuh kotoran kuda yang terinfeksi.
Baca Juga: Wakil Ketua DPD: Pemerintah Harus Siapkan Langkah Mitigasi Penyebaran Virus Hepatitis Akut
Ia melanjutkan kepada para masyarakat yang berada di lingkungan peternakan kuda untuk menekankan pentingnya sanitasi atau kebersihan diri.
"Ketika satu kuda terpapar, virus di kotorannya ini bisa bertahan empat hari dan itu menyebabkan kenapa pentingnya pembersihan peternakan dilakuan setiap hari," terang Dicky.
Gejala virus hendra
Sementara itu, seseorang yang sudah terinfeksi dapat menunjukkan beberapa gejala di antaranya:
- Demam
- Batuk
- Nyeri tenggorokan
- Nyeri kepala
- Disertai meningitis atau radang selaput otak
Virus hendra bisa dicegah dengan pemberian vaksin pada hewan. Sehingga hewan yang rentan seperti kuda, dapat divaksinasi untuk mencegah maupun mengurangi jumlah virus dalam tubuhnya.
"Tentunya sebagai tindakan pencegahan, harus meningkatkan surveillance terutama flying fox ini kan bisa bermigrasi dan melihat bagaimana pola migrasinya. Itu yang saya kira Indonesia masih harus meningkatkan itu (surveillance) karena masih banyak penyakit hewan yang berpotensi mewabah di manusia," jelasnya.
Penulis : Danang Suryo Editor : Hariyanto-Kurniawan
Sumber : Kompas.com