6 Tokoh Hari Kebangkitan Nasional, Wahidin Sudirohusodo hingga Ki Hajar Dewantara
Sosok | 20 Mei 2022, 13:22 WIBKarena aksinya tersebut, Tjokroaminoto pun dianggap sebagai ancaman oleh Belanda.
Selanjutnya, Tjokroaminoto menjadi salah satu pelopor gerakan serikat buruh di Indonesia dan turut mencetuskan ide-ide politik.
Pada 1911, Haji Samanhudi mendirikan sebuah organisasi politik Islam bernama Sarekat Dagang Islam, yang kemudian menjadi Sarekat Islam (SI).
Tjokroaminoto diminta untuk bergabung ke dalam organisasi ini. Awalnya, ia berperan sebagai komisaris, tetapi ia kemudian dipilih untuk menjadi ketua organisasi.
Semasa kepemimpinannya, SI tumbuh menjadi organisasi yang besar.
4. Douwes Dekker
Douwes Dekker dikenal sebagai tokoh indo (keturunan Indonesia-Belanda), yang merintis nasionalisme dengan mendirikan Indische Partij (IP) pada 1912.
Alasan Dekker mendukung rakyat pribumi adalah karena ia melihat penindasan yang dilakukan Belanda terhadap Indonesia.
Sebagai bentuk dukungannya terhadap Indonesia, Douwes Dekker mendirikan Indische Partij bersama dua rekan lainnya, yaitu Ki Hajar Dewantara dan Cipto Mangunkusumo, atau biasa disebut Tiga Serangkai.
Indische Partij, yang mendapat respons positif dari keturunan indo, pribumi, maupun Tionghoa, dianggap mengganggu keamanan oleh Belanda, sehingga dibubarkan pada 4 Maret 1913.
5. Cipto Mangunkusumo
Cipto Mangunkusumo adalah satu dari tiga pendiri Indische Partij yang memulai kariernya sebagai seorang dokter pemerintah Belanda di Demak.
Suatu ketika, Cipto melihat banyak sekali ketidakadilan yang dilakukan Belanda terhadap rakyat Indonesia.
Oleh sebab itu, ia kerap mengkritik keras Belanda lewat tulisan-tulisannya di beberapa surat kabar, seperti De Locomotief dan Bataviaasch Nieuwsblad.
Karena tindakannya itu, Belanda memberhentikan Cipto dari tugasnya sebagai dokter pemerintah Belanda.
Setelah itu, ia bertemu dengan Douwes Dekker dan Ki Hajar Dewantara, yang kemudian bersama-sama mendirikan Indische Partij.
Baca Juga: Hari Kebangkitan Nasional, Jokowi: Tak Boleh Ada yang Tertinggal dan Tersisihkan
6. Ki Hajar Dewantara
Soewardi Soerjaningrat atau yang akrab disapa Ki Hajar Dewantara pernah menjadi wartawan di beberapa surat kabar, seperti Sediotomo, Midden Java, dan De Express Oetoesan Hindia.
Ki Hajar Dewantara bersama dengan Cipto Mangunkusumo dan Douwes Dekker mendirikan Indische Partij pada 1912.
Setelah itu, peran tokoh kebangkitan nasional ini adalah aktif menuliskan beberapa kritik keras terhadap Belanda.
Salah satu kritik Ki Hajar Dewantara yang terkenal adalah tulisan berjudul Als ik een Nederlander was, yang berarti "Seandainya Saya Seorang Belanda."
Kemudian ada juga tulisan lain yang bertajuk Een voor Allen maar Ook Aleen voor Een, yang berarti "Satu untuk Semua, Tapi Semua untuk Satu Juga."
Penulis : Nurul Fitriana Editor : Edy-A.-Putra
Sumber : Kompas TV