Bukan Gelombang Panas, Ini Kata BMKG Soal Penyebab Cuaca Terik di Indonesia
Peristiwa | 9 Mei 2022, 18:16 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV — Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menjelaskan bahwa tak ada kaitannya antara gelombang panas atau heatwave dan kondisi panas yang dirasakan sepekan terakhir ini.
Melansir akun Instagram resmi Info BMKG, suhu udara yang terasa panas di siang hari pada sepekan terakhir disebabkan oleh posisi semu matahari yang berada di wilayah utara ekuator dan kondisi menjelang musim kemarau.
"Mengindikasikan bahwa sebagian wilayah Indonesia akan mulai memasuki musim kemarau, dimana tingkat pertumbuhan awan dan fenomena hujannya akan sangat berkurang, sehingga cuaca cerah pada pagi menjelang siang hari akan cukup mendominasi," bunyi penjelasan yang diunggah BMKG dalam akun Instagram resminya, dikutip KOMPAS.TV, Senin (9/5/2022).
Menurut World Meteorological Organization atau WMO, cuaca terik dapat dikategorikan sebagai gelombang panas atau heatwave apabila udara panas terjadi secara berkepanjangan selama 5 hari atau lebih berturut-turut.
Baca Juga: Penyebab Suhu Panas di Kota-Kota Besar Belakangan Ini: Urban Heat Island, Apa Itu?
Bahkan, suhu maksimum hariannya lebih tinggi dari suhu maksimum rata-rata hingga 5°C atau lebih.
Adapun fenomena gelombang panas biasa terjadi di daerah dengan lintang menengah-tinggi seperti di Eropa dan Amerika yang dipicu oleh kondisi dinamika atmosfer di lintang menengah.
Sementara itu, BMKG menegaskan bahwa yang terjadi di Indonesia dalam sepekan terakhir ini merupakan fenomena kondisi suhu panas atau terik dalam skala variabilitas harian.
Berdasarkan hasil pengamatan BMKG, suhu maksimum selama periode 1-7 Mei 2022 berkisar antara 33-36,1 derajat Celcius.
Adapun suhu maksimum tertinggi hingga 36,1 derajat Celcius hanya terjadi di wilayah Tangerang, Banten dan Kalimarau, Kalimantan Utara.
Penulis : Nurul Fitriana Editor : Edy-A.-Putra
Sumber : Kompas TV