Hari Raya Idulfitri 2022 Jatuh pada 1 atau 2 Mei? Ini Kata Pemerintah, NU, Muhammadiyah, hingga BRIN
Agama | 30 April 2022, 22:15 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV – Ramadan 1443 Hijriah sudah mendekati akhir dan umat bersiap menyambut Hari Raya Idulfitri 2022.
Namun, masih jadi pertanyaan, lebaran jatuh pada tanggal berapa, apakah 1 atau 2 Mei 2022?
Pertanyaan ini menyeruak lantaran pada penentuan awal 1 Ramadan lalu terjadi perbedaan. Khususnya antara Pemerintah dan Muhammadiyah.
Pemerintah berdasarkan Sidang Isbat memutuskan 3 April 2022 sebagai awal puasa, sedangkan Muhamammadiyah jauh sebelumnya memutuskan 2 April 2022 sebagai awal puasa.
Berikut ini merupakan penjelasan lengkap tentang prediksi Hari Raya Idulfitri 2022 tanggal berapa, berdasarkan keputusan PP Muhammmadiyah, Pemerintah lewat Kementerian Agama, Nahdlatul Ulama (NU), dan Prediksi dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), serta penjelasan dari BMKG.
Baca Juga: Kemenag Undang PP Muhammadiyah untuk Sidang Isbat Penetapan Idulfitri
Keputusan Muhammadiyah
Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah telah menetapkan 1 Syawal 1443 H jatuh pada Senin, 2 Mei 2022.
Penetapan ini tertuang dalam Maklumat Nomor 01/MLM/I.0/E/2022 tentang Penetapan Hasil Hisab Ramadhan, Syawal, dan Zulhijah 1443 H.
Muhammadiyah menggunakan metode hisab hakiki wujudul hilal yang berpedoman pada Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah.
Jika dihitung mundur Lebaran yang ditetapkan Muhammadiyah dari hari ini, Sabtu (29/4/2022), maka Lebaran 2022 kurang 2 hari lagi.
Baca Juga: Prediksi 2 Mei Idul Fitri Berbarengan: Muhammadiyah Puasa 30 Hari, Pemerintah 29 Hari
Pemerintah dan NU Sama, Pakai Metode Rukyat
Pemerintah melalui Kementerian Agama (Kemenag) baru akan menetapkan 1 Syawal 1443 H melalui pemantauan hilal dan sidang isbat pada besok Minggu, 1 Mei 2022.
Nahdlatul Ulama (NU) menggunakan metode Rukyat atau Rukyatul Hilal dan Hisab untuk menentukan 1 Ramadan atau 1 Syawal. Artinya, sama dengan pemerintah.
Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam (Dirjen Bimas Islam) Kemenag Kamaruddin Amin mengatakan, sidang isbat akan mempertimbangkan hasil hisab (perhitungan astronomis) dan hasil konfirmasi rukyatul hilal (pemantauan hilal).
Meski begitu, secara hisab posisi hilal di Indonesia saat sidang isbat mendatang sudah memenuhi kriteria baru MABIMS, yakni ketinggian minimal 3 derajat dan elongasi minimal 6,4 derajat.
Penulis : Dedik Priyanto Editor : Fadhilah
Sumber : Kompas TV