Kembali Singgung Sense of Crisis, Jokowi: Kita Akan Hadapi Situasi yang Tidak Gampang
Politik | 28 April 2022, 16:14 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV - Presiden Joko Widodo kembali menekankan kepada menteri dan kepala daerah untuk memiliki sense of crisis.
Adanya rasa sense of crisis ini disampaikan Presiden Jokowi saat membuka Musyawarah Perencanaan Pembangunan Nasional (Musrembangnas) 2022 secara virtual dari istana Negara, Kamis (28/4/2022).
Presiden Jokowi menyatakan tahun ini dan tahun depan, Indonesia akan menghadapi situasi yang tidak gampang.
Baca Juga: Jokowi Tekankan 7 Hal Dalam Menghadapi Gejolak Ekonomi Global
Terlebih Situasi ekonomi dan situasi politik global saat ini mengalami gejolak dan penuh dengan ketidakpastian.
Belum lagi mengenai pandemi Covid-19 belum berakhir hingga perang Rusia-Ukraina yang menimbulkan krisis energi, krisis pangan, dan berujung inflasi global meningkat tajam. Pertumbuhan ekonomi global juga akan mengalami perlambatan.
Presiden mengingatkan para menteri dan kepala daerah harus betul-betul siap jika krisis berlanjut hingga tahun depan.
"Hati-hati semuanya. Semua, kita harus memiliki sense of crisis. Jangan seperti biasanya, jangan business as usual. Hati-hati, sense of crisis harus ada di kita semuanya, sehingga kita harus ada perencanaan yang baik, harus ada skenario yang pas dalam menghadapi situasi yang tidak pasti ini," ujar Presiden dikutip dari kanal YouTube Sekretariat Presiden, Kamis (28/4/2022).
Baca Juga: Jokowi soal Potensi Krisis Berlanjut: Semua Harus Betul-betul Waspada
Presiden juga meminta agar momentum tren positif pertumbuhan ekonomi harus bisa jaga. Surplus perdagangan pada Februari di angka 3,82 miliar dan mengalami kenaikan pada Maret di angka 4,5 miliar.
Kemudian pertumbuhan kredit juga menunjukkan tren yang baik. Pada Februari naik 6,33 naik dari Januari 5,79.
Selanjutnya Purchasing Manager Index manufaktur di bulan Maret juga membaik di angka 51,3 dari bulan Februari di 51,2.
Baca Juga: Isi Pembicaraan Presiden Ukraina dengan Presiden Jokowi di Telepon
"Indeks penjualan riil, ini juga sudah di atas normal, Maret kemarin di angka 14,5 persen. Indeks Keyakinan Konsumen juga sudah berada di atas normal. Saya kira, angka-angka seperti ini harus kita jaga," ujarnya.
Lebih lanjut Presiden mengingatkan kembali soal peningkatan tingkat komponen dalam negeri (TKDN).
Hal ini yang kedua disampaikan Jokowi agar belanja barang dan jasa, belanja barang modal, belanja barang modal dan jasa harus diarahkan kepada pembelian produk-produk dalam negeri.
Jangan sampai, potensi belanja barang, modal dan jasa yang sangat besar dibelanjakan untuk barang-barang impor, sehingga produksi dalam negeri tidak berkembang meningkat.
Baca Juga: Ketika Mabes Polri Tanggapi Amarah Presiden Jokowi soal Belanja Impor...
Presiden meminta agar semua pembelian diarahkan ke produk-produk dalam negeri. Kata dia, hilangkan atau kurangi sebanyak-banyaknya pembelian produk impor, dan di saat yang bersamaan disiapkan kapasitas produksi nasional.
Kemudian buat juga kebijakan yang berpihak bagi industri substitusi impor yang memproduksi kebutuhan dalam negeri.
"Tahun depan kita akan memulai lagi ketentuan sesuai regulasi defisit di bawah tiga persen PDB. Karena itu perencanaan harus betul-betul rinci, perencanaan harus betul-betul detail, harus betul-betul tepat. Lakukan penajaman belanja sehingga kualitas belanja semakin baik, semakin meningkat. Optimalkan penerimaan perpajakan," ujar Presiden Jokowi.
Penulis : Johannes Mangihot Editor : Desy-Afrianti
Sumber : Kompas TV