Peringati Hari Kesiapsiagaan Bencana 2022, Kepala BNPB Imbau Warga Bunyikan Kentongan Serentak
Sosial | 25 April 2022, 12:12 WIBYOGYAKARTA, KOMPAS.TV – Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Letjen TNI Suharyanto, mengimbau masyarakat membunyikan kentongan, dan bunyi-bunyian lain pada 26 April 2022 pukul 10.00 WIB.
Bunyi-bunyian tersebut, kata dia, sebagai penanda peringatan puncak Hari Kesiapsiagaan Bencana (HKB) 2022.
Imbauan itu disampaikan dalam konferensi pers menuju puncak Hari Kesiapsiagaan Bencana 2022 dengan tema Keluarga Tangguh Bencana Pilar Bangsa Menghadapi Bencana.
“Seluruh masyarakat kami imbau pada puncak HKB tanggal 26 April 2022 pukul 10.00, mari kita semua serentak memukul kentongan, membunyikan klakson, sirene, dan hal lain yang berkaitan dengan bunyi-bunyian selama beberapa menit,” urainya.
Dengan tanda tersebut, lanjut Suharyanto, yang tersirat adalah meningkatnya kita sebagai bangsa dalam menyikapi apabila tiba-tiba bencana hadir.
Ia menambahkan, peringatan HKB selalu dirayakan setiap tahun, dan sifatnya bukan sekadar seremonial atau perayaan.
Baca Juga: Indonesia Tuan Rumah Forum Internasional Mitigasi Bencana
Diakuinya, pada tahun 2020 dan 2021 karena pandemi Covid-19 sedang tinggi-tingginya melanda Indonesia, HKB dilaksanakan secara sederhana.
Tetapi, di 2022 ini, seiring dengan penurunan angka kasus yang sudah semakin baik, pemerintah mencoba dengan memberikan izin untuk mudik, ini sebagai ujian karena semua data menunjukkan ke arah perbaikan.
“Artinya, mudah-mudahan di tahun 2022 ini kita bisa lepas dari pandemi Covid-19. Karena itu BNPB juga berusaha merayakan HKB ini dengan lebih mendatangkan lebih banyak orang.”
“Ini juga sebagai ujian, mudah-mudahan pascalebaran nanti, pasca kegiatan kita yang mengumpulkan lebih banyak orang, tidak terjadi lonjakan kasus,” harapnya.
Baca Juga: HNW Tolak Rencana Pemerintah Hapus BNPB: Harusnya Diperkuat, Bukan Diperlemah Apalagi Dihapus
Suharyanto menegaskan, Indonesia berupaya meningkatkan kesadaran dan kemampuan, khususnya masyarakat yang berada di daerah bencana.
Masyarakat, kata dia, bukan hanya menjadi obyek pada saat bencana tiba, tetapi juga harus bertindak sebagai subyek.
“Karena pengurangan risiko bencana akan sangat efektif jika dimulai dari lingkungan terkecil, yaitu keluarga, RT, sampai desa.”
Penulis : Kurniawan Eka Mulyana Editor : Purwanto
Sumber : Kompas TV