> >

Gara-gara Ini, Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa Digugat ke Pengadilan

Hukum | 3 April 2022, 08:15 WIB
Panglima TNI Jenderal TNI Andika Perkasa saat mengikuti Rapat Kerja dengan DPD di gedung DPD, Jakarta, Selasa (8/2/2022). Jenderal Andika Perkasa digugat oleh keluarga korban penghilangan paksa 1997-1998 karena hal ini.  (Sumber: Kompas.tv/Ant/Muhammad Adimaja)

JAKARTA, KOMPAS.TV — Sejumlah pihak telah melayangkan gugatan untuk Panglima Tentara Nasional Indonesia (TNI) Jenderal Andika Perkasa atas keputusannya mengangkat Mayjen Untung Budiharto sebagai Panglima Kodam (Pangdam) Jaya.

Gugatan tersebut dilayangkan keluarga korban penghilangan paksa 1997-1998, yaitu Paian Siahaan (ayah dari Ucok Munandar Siahaan) dan Hardingga (anak dari Yani Afri) bersama dengan Imparsial, KontraS, dan YLBHI sebagai kuasa hukum.

Kini ini gugatan tersebut telah dilayangkan ke Pengadilan Tata Usaha Negeri (PTUN) Jakarta dan Pengadilan Militer Tinggi II Jakarta pada Jumat (1/4/2022) kemarin, dilansir Kompas.com.

Untuk diketahui, Jenderal Andika Perkasa mengangkat Mayjen Untung Budiharto sebagai Pangdam Jaya sebagaimana surat keputusan (SK) pada Selasa (4/1/2022) yang ditandatangani oleh Kepala Sekretariat Umum TNI Brigjen Edy Rochmatullah.

Untung Budiharto terlibat dalam penghilangan paksa aktivis

Kendati demikian, keputusan itu dipersoalkan karena Mayjen Untung Budiharto merupakan mantan anggota Tim Mawar dari Kopassus (Komando Pasukan Khusus) Angkatan Darat TNI yang terlibat dalam penculikan dan penghilangan paksa sejumlah aktivis tahun 1997-1998.

Tim Mawar dibentuk atas perintah dari Komandan Jenderal (Danjen) Kopassus Prabowo Subianto yang saat ini menjabat sebagai Menteri Pertahanan.

Adapun dasar pembentukan Tim Mawar yaitu karena peristiwa kerusuhan 27 Juli 1996 atau yang dikenal dengan Kudatuli.

Baca Juga: Profil Tim Mawar, Ada Nama Pangdam Jaya Mayjen Untung Budiharto yang Pernah Jadi Anggota Didalamnya

Mereka yang hilang merupakan para aktivis demokrasi dan lawan-lawan politik dari pemerintahan Orde Baru (Orba) saat itu.

Berdasar data Komnas HAM, sebanyak 13 aktivis masih menghilang hingga hari ini, yaitu Petrus Bima Anugrah, Herman Hendrawan, Suyat, Wiji Thukul , Yani Afri, Sonny Dedi Hamdun, Noval Al Katiri, Ucok Mundandar Siahaan, Hendra Kambali, Yadin Muhidin, Abdun Nasser, dan Ismail.

Akibat penghilangan paksa, dalam Putusan Mahkamah Militer Tinggi II Jakarta nomor PUT.25-16/K-AD/MMT-II/IV/1999, 11 anggota Tim Mawar divonis pecat dan penjara, termasuk Untung Budiharto.

Namun upaya banding yang ditempuh Untung membuatnya tak dipecat dari tubuh TNI bahkan kariernya saatnya ini justru melambung.

Pengangkatan Untung Budiharto mencederai perjuangan keluarga korban

Dengan rekam jejak seperti itu, pengangkatan Untung sebagai Pangdam Jaya dianggap sebagai preseden buruk karena sosoknya dianggap “tidak memiliki integritas untuk memegang suatu jabatan publik/melayani masyarakat Indonesia” tetapi malah kini diberikan jabatan penting untuk memimpin pasukan bersenjata.

Pengangkatan Untung dinilai mencederai perjuangan keluarga korban dan pendamping yang terus mencari keberadaan korban yang masih hilang.

Penggugat juga mengkhawatirkan bahwa pengangkatan Untung sebagai Pangdam Jaya akan mengganggu penegakan hukum dan HAM di wilayah Kodam Jaya.

Sebab, dalam Surat Telegram (ST) Panglima TNI No. ST/1221/2021, penegak hukum (seperti polisi dan jaksa) harus berkoordinasi dengan komandan/kepala satuan TNI untuk memanggil aparat militer dalam proses hukum.

Para penggugat menyebutkan, gugatan kepada Andika sudah terdaftar di PTUN Jakarta dengan nomor register 87/G/2022/PTUNJKT.

Namun, pada pengadilan militer, penggugat menyebut bahwa laporan sudah diterima tetapi tanpa nomor register karena kendala hukum acara.

Baca Juga: Panglima TNI Angkat Mayjen Untung Budiharto Jadi Pangdam Jaya Gantikan Mulyo Aji

Lalu siapa Untung Budiharto?

Mayjen TNI Untung Budiharto (Sumber: bnpt.go.id)

Berikut ini KOMPAS.TV sajikan profil singkatnya yang dikutip dari berbagai sumber.

Majyen TNI Untung Budiharto merupakan lulusan Akademi Militer 1988 yang berasal dari kesatuan infanteri Kopassus. Sebelum menjadi Pangdam Jaya, jenderal bintang dua ini pernah menempati jabatan strategis di TNI.

Pada 2016-2017, Untung pernah menjabat sebagai Inspektorat Kodam (Irdam) XVIII/Kasuari. Dia juga pernah menjadi Wakil Asisten Operasi Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) pada 2017-2019.

Lalu Untung pernah menjabat sebagai Kepala Staf Komando Daerah Militer (Kasdam) I/Bukit Barisan pada 2019-2020.

Kemudian menjabat sebagai Direktur Operasi dan Latihan Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan pada 2020 dan Sekretaris Utama BNPT pada 2020-2021.

Sejak 2021, Untung dipercaya sebagai Staf Khusus Panglima TNI sebelum akhirnya diangkat Panglma TNI Jenderal Andika Perkasa sebagai Pangdam Jaya saat ini.

Penulis : Nurul Fitriana Editor : Gading-Persada

Sumber : Kompas TV/Kompas.com


TERBARU