Gus Yahya: Kategori Nonmuslim atau Kafir Tidak Relevan di Negara Bangsa Modern
Agama | 31 Maret 2022, 13:53 WIBGus Yahya lantas menjelaskan soal akar konflik nonmuslim dan muslim yang terjadi sepanjang sejarah. Hal ini akhirnya jadi cara berpikir yang saat ini mengendap dalam Islam.
"Kenapa kita punya yang seperti ini? Baik di lingkungan nonmuslim ada islamofobia, di lingkungan umat Islam ada kafirofobia, karena kita mewarisi sejarah dari konflik yang panjang sekali selama berabad-abad antara Islam atau dunia Islam melawan dunia nonmuslim," ujarnya.
"Misalnya seperti selama era Turki Usmani 700 tahun dari kekuasaan Turki Usamani itu, tidak pernah berhenti sama sekali kompetisi militer melawan kerajaan-kerajaan Kristen Eropa di Barat, begitu juga di timur ada Dinasti Mughal yang sepanjang waktu yang cukup lama terlibat konflik yang sangat tajam dengan umat Hindu di India, khususnya India bagian utara," ucapnya.
Nah, yang terjadi sebetulnya, lanjut Gus Yahya, sejak dulu di dunia memang terjadi rimba persaingan antar-identitas, termasuk identitas-identitas agama.
"Di situ kerajaan-kerajaan dengan identitas agama, negara-negara dengan identitas agama berkonflik satu sama lain, bersaing secara politik dan militer dengan membawa label agama masing-masing," katanya.
Turki Islami pakai Islam, lalu di Eropa kerjaaan-kerajaan Katolik dan semacamnya. Atau anglikan seperti Inggris. Masing-masing berkompeteisi ketat dan tajam dan diwarnai pertarungan militer sepanjang zaman beratus-ratus tahun.
"Ini sejarah konflik yang kita warisi sekian lama, dinamika konflik identitas memuncak sampai PD 1 dan PD 2. Dengan akibat tragedi kemanusiaan luar biasa besar. Justru tragedi itu memberi kesadaran internasional tentang tata dunia baru yang lebih damai," ujarnya.
Penulis : Dedik Priyanto Editor : Desy-Afrianti
Sumber : Kompas TV