> >

Terkait Undangan Rusia di G20, PDIP Optimistis Indonesia Bisa Buka Dialog Terkait Ukraina

Politik | 28 Maret 2022, 04:25 WIB
Presiden Indonesia Joko Widodo dan Presiden Rusia Vladimir Putin. Pemerintah Indonesia menyatakan akan melaksanakan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 secara netral dan tidak memihak, kata Kemlu Indonesia, Kamis (24/3/2022). Untuk itu Indonesia sebagai presidensi G20 tahun ini akan mengundang seluruh partisipan, mengikuti presidensi sebelumnya. (Sumber: Sekretariat Kabinet Republik Indonesia)

JAKARTA, KOMPAS.TV - Indonesia yang memutuskan masih mengundang Rusia dan delegasinya dalam perhelatan G20 mendatang menuai polemik. Pasalnya Rusia yang tengah melakukan invasi terhadap Ukraina dikecam sejumlah pihak.

PDI Perjuangan memandang dengan diundangnya Rusia dalam presidensi G20, Indonesia dianggap bisa menyatukan atau memberikan tempat mediasi diplomasi antar dua negara.

Sekretaris Jenderal PDIP Hasto Kristiyanto mengatakan hal ini sejalan dengan Indonesia yang memiliki prinsip luar negeri bebas aktif. Indonesia, sebutnya akan memainkan perannya agar pihak-pihak terkait bisa saling berdialog.

"Justru dengan prinsip luar negeri bebas aktif, G20 Indonesia memainkan peran aktifnya agar semua pihak saling berdialog. Kemudian dengan cara berdialog diplomasi perang Rusia dan Ukraina bisa menjadi agenda G20," tuturnya di Plaza Timur, GBK, Minggu (27/3/2022).

Hasto melanjutkan partainya mendukung agenda pemerintah yang masih mengundang Rusia dalam forum G20 mendatang.

Baca Juga: Biden Sebut Putin Harus Dilengserkan, Macron Ingatkan AS: Yang Tinggal di Samping Rusia Itu Eropa

"Sehingga undangan yang diberikan pemerintah melalui presidensi Bapak Jokowi itu didukung oleh PDI Perjuangan," lanjutnya.

Sebelumnya diberitakan Indonesia tak bisa memenuhi keinginan untuk mengucilkan Rusia sebagai anggota G20.

Co-Sherpa G20 Indonesia Dian Triansyah Djani mengatakan Indonesia sebagai presidensi G20 akan bertindak imparsial dan mencari solusi terkait persoalan yang tengah terjadi.

”Kami, Indonesia, sebagai Presiden G20 akan bertindak imparsial dan berupaya mencari solusi terhadap semua persoalan. Hal ini telah dan selalu dilakukan pada masa keketuaan RI di sejumlah forum dan lembaga,” tuturnya dikutip dari Kompas.com.

Sementara Presiden Amerika Serikat Joe Biden mengatakan Rusia seharusnya dikeluarkan dari G20 ketika pertemuannya dengan sekutu dan para pemimpin dunia di markas NATO di Brussel, Kamis (24/3/2022) lalu.

Ia mengatakan jika negara-negara, seperti Indonesia atau negara lain tidak setuju menyingkirkan Rusia, maka Ukraina seharusnya diizinkan untuk menghadiri pertemuan tersebut. 

Baca Juga: Tepatkah Keputusan Indonesia Undang Putin ke G20? CSIS: Rusia Memiliki Hak untuk Datang

Meski demikian Biden menyadari bahwa keputusan untuk mendepak Rusia dari grup tergantung pula dari anggota G20 lainnya.

Melansir Kompas.com, AS dan sekutu pernah mendepak Rusia pada 2014 dari Group of Eight (G8) (lalu disebut G7). Hal ini dilakukan setelah aneksasi Rusia terhadap Krimea.

 

Penulis : Danang Suryo Editor : Hariyanto-Kurniawan

Sumber : Kompas TV


TERBARU





A PHP Error was encountered

Severity: Core Warning

Message: PHP Startup: Unable to load dynamic library 'newrelic.so' (tried: /usr/lib64/php/modules/newrelic.so (/usr/lib64/php/modules/newrelic.so: cannot open shared object file: No such file or directory), /usr/lib64/php/modules/newrelic.so.so (/usr/lib64/php/modules/newrelic.so.so: cannot open shared object file: No such file or directory))

Filename: Unknown

Line Number: 0

Backtrace: