Pengamat: Kemah Jokowi di IKN Bisa Picu Tren Baru Wisata Glamping

JAKARTA, KOMPAS.TV - Kegiatan berkemah Presiden Joko Widodo (Jokowi) di kawasan titik nol kilometer Ibu Kota Nusantara (IKN), Kabupaten Penajam Paser Utara, Provinsi Kalimantan Timur dinilai dapat memunculkan tren wisata baru.

Pengamat pariwisata dari Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Chusmeru mengatakan adapun tren baru yang dimaksud yakni wisata berkemah di alam terbuka, utamanya yang bertema glamping atau glamorous camping.

"Ketika seorang presiden berkemah, citra yang terbentuk memang glamping di alam terbuka. Hal itu bisa saja memunculkan tren baru berwisata glamping," kata Chusmeru seperti diwartakan Antara, Selasa (15/3/2022).

Wisata glamping (glamorous camping) adalah bentuk berkemah yang melibatkan akomodasi dan fasilitas yang lebih mewah berbeda dengan cara camping tradisional. 

Jenis wisata ini menawarkan kemudahan bagi wisatawan yang ingin merasakan berkemah tetapi tidak perlu ribet menyiapkan tenda dan peralatan sendiri karena biasanya lokasi wisata glamping sudah menyediakan set tenda dan peralatan kemah.

Meski wisata glamping sudah banyak tersebar di berbagai daerah, namun menurut Chusmeru destinasi ini belum menunjukkan perkembangan yang signifikan.

Hal ini, lanjut dia salah satunya dikarenakan, kurangnya aktivitas maupun atraksi wisata yang ditawarkan pengelola.

Sehingga, kata dia, wisata glamping jika dikemas dengan baik tentu sangat potensial untuk dikembangkan sebagai alternatif dalam industri pariwisata.

Baca Juga: Cerita Presiden Jokowi Berkemah di IKN: Bulan Jelang Purnama pun Terlihat dari Sela Pepohonan

Sebab itu, dia juga menuturkan agenda Jokowi berkemah di titik nol IKN ini perlu mendapatkan apresiasi.

Selain dapat menghidupkan destinasi wisata glamping, agenda kemah tersebut juga menunjukkan bukti keseriusan pemerintah dalam membangun IKN.

"Selain itu, kegiatan Presiden Jokowi bersama lima gubernur di pulau Kalimantan itu juga menumbuhkan harapan akan masa depan yang lebih baik di wilayah Kalimantan, sehingga dapat mengurangi kesan Jawa-sentris," ujarnya.

Penulis : Isnaya Helmi Editor : Desy-Afrianti

Sumber : Antara