> >

Lebaran Tahun Ini Sudah Boleh Mudik? Kemenkes dan Epidemiolog Jelaskan Mungkin Tidaknya

Update corona | 2 Maret 2022, 22:44 WIB
Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi (kiri) dan Epidemiolog Griffith University Dicky Budiman (tengah) saat dialog live di Sapa Indonesia Malam Kompas TV, Rabu (2/3/2022) dengan topik kemungkinan bisa tidaknya mudik lebaran tahun ini. (Sumber: Kompas.tv)

JAKARTA, KOMPAS.TV – Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Siti Nadia Tarmizi mengatakan, kemungkinan bisa tidaknya mudik lebaran tahun ini tergantung pada bagaimana menekan dan mengendalikan laju penularan virus Covid-19.  

Hal itu dimaksudkan saat orang positif tidak membebani faskes, tidak sampai menimbulkan antrean dan masih bisa tertangani dengan baik.

“Juga angka kematian tidak sebesar seperti saat ini. Mengingat 70 persen dari angka kematian adalah yang belum divaksinasi,” terang Siti dalam program acara Sapa Indonesia Malam di Kompas TV, Rabu (2/3/2022).

Selain itu, Siti mengakui bahwa peningkatan kasus memang salah satunya dipicu dari mobilitas.

Namun, saat itu cakupan vaksinasi belum seluas saat ini.

Menurutnya, dengan vaksinasi penularan jauh lebih rendah.

Mudik bisa dimungkinkan meski ada potensi pasca mudik ada gelombang, tapi mungkin jauh lebih sedikit.

“Kasus banyak tapi cepat sembuh kemudian angka kematian rendah, saya rasa tidak akan menjadi masalah,” ujar Siti Nadia yang juga menegaskan bahwa kunci utama dalam hal ini adalah vaksinasi.

Diketahui, hingga saat ini capaian vaksinasi untuk dosis 1 mencapai 91,7 persen atau 190.976.834 dosis.

Sedangkan untuk dosis 2 mencapai 69,39 persen atau 144. 505.80, dosis 3 atau booster baru mencapai 4,9 persen atau 10.214.605 dosis.

Baca Juga: Efektivitas Turun hingga 12 Persen, Vaksin Pfizer Kurang Efektif Lindungi Anak dari Omicron

Terkait hal tersebut, Epidemiolog Griffith University Dicky Budiman menilai, lebaran tahun ini akan berbeda jauh dengan sebelumnya karena modal imunitasnya jauh lebih besar.

Oleh karena itu, capaian dua dosis vaksinasi harus dikejar.

Jauh lebih aman jika dosis 2 sebesar 70 persen dan dosis 3 atau booster sebesar 50 persen.

Namun, ia pun menyadari memang harus realistis.

“Saya memang menyarankan 50 persen, tetapi mungkin bisa juga Kemenkes menyebut 25 persen sudah bagus. Tapi ingat masih ada kemungkinan yang terpapar dengan efek parah. Gak dilarang tapi gak dianjurkan juga,” tuturnya dalam kesempatan yang sama dengan Siti Nadia.

Jauh daripada itu, Dicky berpendapat, endemi ini jangan menjadi target melainkan harus terkendali.

“Jadi harus dikendalikan kalau endemi masih akan ada terus kematian dan pesakitan,” imbuhnya.

Baca Juga: Persiapan Mudik, 4 Ruas Jalan Tol Trans Sumatera akan Beroperasi Tahun Ini

Penulis : Fransisca Natalia Editor : Deni-Muliya

Sumber : Kompas TV


TERBARU