Polisi Ungkap Motif Ritual di Pantai Payangan, Mulai Faktor Ekonomi hingga Ilmu Hitam
Sapa indonesia | 14 Februari 2022, 09:25 WIBJEMBER, KOMPAS.TV – Polisi mengungkap beragam motif terkait ritual yang dilakukan puluhan orang di Pantai Payangan, Jember, Jawa Timur, mulai dari motif ekonomi hingga ilmu hitam atau guna-guna.
Penjelassan itu disampaikan oleh Kepala Kepolisian Resor Jember AKBP Hary Purnomo, dalam Sapa Indonesia Malam KOMPAS TV, Minggu (13/2/2022).
"Mereka bergabung dengan berbagai tujuan. Ada yang ingin menyelesaikan masalah keluarganya, motif ekonomi, kesulitan mendapatkan pekerjaan, atau kesulitan berusaha, ilmu hitam, dan guna-guna," ungkapnya dalam Sapa Indonesia Malam KOMPAS TV, Minggu.
Baca Juga: Kronologi Tragedi Maut di Pantai Payangan Jember, 11 Orang Dilaporkan Tewas
Menurutnya, berbagai macam tujuan tersebut diklaim oleh guru spiritual dari padepokan dapat diselesaikan dengan kegiatan zikir dan ritual yang dilaksanakan di pantai tersebut.
Pihaknya juga telah melakukan penyelidikan sementara terhadap tujuh orang saksi kejadian ritual berujung maut tersebut.
Sebelumnya diberitakan, sebanyak 24 orang rombongan padepokan Tunggal Jati Nusantara yang melakukan ritual di Pantai Payangan, Kecamatan Ambulu, Kabupaten Jember, Jawa Timur, Minggu (13/2/2022) dini hari.
Dalam kejadian itu, belasan dari mereka terseret ombak, dan mengakibatkan 11 orang meninggal dunia.
Sementara 13 orang lainnya selamat dan mengalami luka-luka.
Hary melanjutkan, ritual mulanya dilakukan di pinggir pantai dan tak sampai masuk dalam air.
Ritual dimulai dengan membaca doa, melakukan tabur bunga, dan secara bergandengan tangan masuk ke dalam air guna penyucian diri.
"Awalnya ritual memang dilakukan di pinggir pantai, tak sampai masuk ke dalam air. Kemudian di situ mereka membaca doa-doa, lalu melakukan tabur bunga ke arah laut dengan cara bergandengan tangan, satu dengan yang lain, dua barisan merapat sampai masuk ke dalam air," kata Hary.
"Ada kegiatan ritual yang digunakan untuk menyucikan diri dengan cara mandi di air laut tersebut," ujarnya.
Ketika kejadian berlangsung, Hary mengatakan, salah satu korban mengaku tak melihat datangnya ombak yang datang secara tiba-tiba. Ombak itu membuat para pelaku ritual tergulung.
"Cerita mereka saat kejadian, mereka tak melihat, tiba-tiba ombak datang menerjang, dan tergulung ombak," kata dia.
"Memang di kawasan tersebut terdapat cerukan. Ketika seseorang berdiri di bibir pantai, kita tidak bisa melihat ombak yang datang dari depan. Karena di situ ada tebing yang menghalangi pandangan," kata dia.
Hary mengatakan, pihak pantai sudah memberikan imbauan terkait cuaca ekstrem yang memengaruhi pergerakan ombak di pantai tersebut.
Baca Juga: Kesaksian Korban Selamat Tragedi Ritual di Pantai Payangan Jember, Detik-detik Ombak Menghantam
Namun, ketua kelompok ritual tak mengindahkan imbauan itu.
"Di pantai tersebut sudah diberikan imbauan, utamanya pada cuaca yang ekstrem atau dirasa kurang bagus. Pada saat rombongan ritual datang, pengelola juga sudah memberikan peringatan. Namun, ketua kelompok tetap melaksanakan kegiatan tersebut," ujarnya.
Pihaknya bersama dengan pemerintah akan melakukan koordinasi berupa antisipasi agar kondisi sama tak terulang lagi.
"Berkoordinasi dengan bupati, kami akan memasang papan larangan di lokasi kejadian, supaya tak ada ritual yang berulang. Masyarakat sekitar akan diberdayakan untuk mengawasi. Jika ada ritual serupa bisa diinformasikan kepada polsek," ucapnya.
Penulis : Kurniawan Eka Mulyana Editor : Desy-Afrianti
Sumber : Kompas TV