> >

Guru Besar UIN Yogyakarta Ini Sebut Islamofobia Jadi Narasi Memojokkan Pemerintah, Ada Apa?

Agama | 11 Februari 2022, 11:36 WIB
Guru Besar UIN Yogyakarta, Prof Noorhaidi Hasan, menyebut narasi terkait Islamofobia justru jadi alat untuk memojokkan pemerintah, apa yang sebenarnya terjadi? (Sumber: ANTARA)

JAKARTA, KOMPAS.TV - Guru Besar Pascasarjana Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta Prof Noorhaidi Hasan mengatakan, narasi islamofobia yang belakangan marak di masyarakat adalah sebuah upaya framing (membingkai cerita) untuk memojokkan pemerintah.

Ia menilai narasi islamofobia ini tak lebih dari sebuah pertarungan kepentingan politik. Pertarungan politik yang justru menjadikan narasi islamofobia jadi membingungkan masyarakat. 

Pakar Politik Islam ini menilai, islamofobia sudah pasti akan terjadi di negara Muslim manapun dan tidak terelakkan.

Hal ini beradasarkan riset dan penelitian yang selama ini ia lakukan. Islamofobia terjadi di negara muslim seperti Aljazair, tak terkecuali di Indonesia.  

“Sejauh ini isu islamofobia sebenarnya hanya dijadikan framing oleh kelompok yang tidak suka dengan pemerintah,” ujarnya seperti dikutip KOMPAS.TV dari Antara, Jumat (11/2/2022).

Berdasarkan hasil penelitian dan kajian yang pernah ia lakukan, isu islamofobia yang terjadi di Aljazair juga serupa, menjadi narasi yang saling memojokkan di masyarakat.

Di sana, lanjut Noorhaidi, terjadi saling tuding antarkelompok dan kepentingan terkait siapa yang islamofobia. Fenomena ini yang cukup lama terjadi.

“Jadi memang, islamofobia itu bisa jadi 'framing' yang dimanfaatkan oleh kelompok-kelompok tertentu untuk menurunkan kepercayaan kepada pemerintah,” jelasnya.

Pria yang meraih gelar Ph.D. dari Utrecht University ini menilai perlu adanya pendalaman lebih lanjut dari pemerintah dan lembaga terkait untuk mengidentifikasi kelompok-kelompok ini.

Kelompok ini, kata Noorhaidi, gencar melayangkan tudingan islamofobia di tubuh pemerintah.

Ia mengatakan narasi dan tudingan islamofobia terhadap pemerintah jika dibiarkan dapat menimbulkan perpecahan dan kebingungan di tengah masyarakat. Sehingga menurutnya perlu upaya untuk menjelaskan dan menjernihkan kericuhan tersebut.

“Kalau itu dibiarkan tentunya tidak baik, masyarakat akan menjadi terpecah belah. Pemerintah harus berupaya untuk menjelaskan dan menjernihkan permasalahan tersebut agar masyarakat yang awam menjadi paham,” jelasnya.

Baca Juga: Erdogan Sebut Anti-Semit dan Islamofobia Kejahatan Kemanusiaan, Penting Perkuat Perdamaian

Jalan Keluar Islamofobia dan Narasi yang Memecah Belah

Noorhadi lantas memaparkan jalan keluar yang efektif dan konkret untuk keluar dari  Islamofobia. Apalagi jika hal ini dijadikan narasi kelompok radikal yang justru memecah belah.

“Jalan keluarnya adalah bagaimana me-manage keragaman, khususnya dalam konteks beragama yang ada di negara kita. Ini sangat krusial,” tegasnya.

Lantas, jalan keluar lagi yang bisa mengatasi islamophobia adalah memberikam paham tentang kewarganegaraan dan multikuralisme yang harus ditekankan ke publik

Memahami konsep ini, kata Noorhaidi, publik akan memahami bahwa semua umat beragama mempunyai hak sama untuk beribadah, dan menjalankan agamanya

“Kesadaran tentang kewarganegaraan, kalau tertanam di dalam pikiran masyarakat tentu urusan radikalisme tidak ada lagi,” ujar Noorhaidi.

Baca Juga: Gelombang Rasis dan Islamofobia Muncul, Kejaksaan Spanyol Selidiki Partai Sayap Kanan dan Neo-Nazi

 

Penulis : Dedik Priyanto Editor : Gading-Persada

Sumber : antara


TERBARU