Jelang Imlek: Gambang Kromong, Perkawinan Tradisi Tionghoa dan Betawi dalam Irama dan Lagu
Budaya | 29 Januari 2022, 17:59 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV - Pengaruh tradisi Tionghoa dalam masyarakat Betawi salah satunya terlihat dari musik Gambang Kromong yang masih dimainkan sampai sekarang.
Saat ini, musik Gambang Kromong lazim dimainkan sebagai penyemarak upacara adat dalam rangka lingkaran hidup seseorang seperti perkawinan, sunatan atau Cap Go Meh.
Dalam pementasannya, sudah biasa musik ini diiringi dengan pengiring teater lenong, tari cokek, dan hiburan khas Betawi lainnya.
Menurut situs jakarta.go.id, gambang kromong pertama kali muncul hanya bernama gambang. Namun sejak awal abad ke-20 menjadi gambang kromong karena ada penambahan instrumen berupa kromong.
Adapun orang yang memprakarsainya adalah Nie Hoe Kong, seorang kapitan China di Jakarta (dulu Batavia).
Musik Gambang Kromong mencapai kepopulerannya pada tahun 1937, ketika sekelompok orang di bawah pimpinan Ngo Hong Lao memainkannya di berbagai kesempatan.
Baca Juga: Soto Betawi dengan Isian Daging Vegan, Cek Cara Buatnya!
Nuansa kental dari tradisi Tionghoa terlihat dari alat musik yang digunakan. Dari sisi nama, gambang sering disebut gambang kayu. Sedangkan kromong adalah bonang lima nada.
Tidak hanya itu, gambang kromong juga diiringi dengan alat musik lainnya, seperti kongahyan, sukong, tehyan (ketiganya alat musik gesek mirip rebab hanya beda ukuran), gong, kempul, gong enam, ningnong, bangsing serta kecrek.
Alunan instrumen gesek membuat musik ini terasa sekali Tionghoa-nya. Ditambah dengan lagu-lagu, meski dengan bahasa Betawi, namun cengkoknya masih terasa dari Tionghoa.
Dikutip dari Ali Gufron dari situs Kemdikbud.go.id, secara umum, lagu gambang kromong hanya terdiri dari dua jenis, yaitu: lagu dalem dan lagu sayur. Lagu dalem adalah lagu yang masih kental dengan nuansa musik Tionghoa. Jenis lagu ini umumnya dibagi menjadi tiga bagian, yaitu: phobin (lagu berirama cepat yang dibawakan dalam bentuk instrumentalia), musik dan vokal, lalu diakhiri dengan lopan.
Komposisinya dapat berupa phobin–musik dan vokal–lopan atau phobin-musik dan vokal-phobin. Irama phobin dan lopan yang sama dapat dimainkan untuk mengiringi lagu yang berbeda.
Baca Juga: Asinan, Panggal hingga Golok Betawi Ditetapkan Jadi Warisan Budaya Takbenda
Dahulu phobin merupakan irama khusus yang digunakan untuk mengiringi berbagai macam upacara dalam lingkaran hidup masyarakat Tionghoa tradisional.
Tidak heran bila phobin diambil dari nama-nama cerita rakyat Tionghoa seperti Phobin Poa Si Litan, Phobin Peh Pan Tau, Phobin Cu Te Pan, Phobin Cai Cu Siu, Phobin Cai Cu Teng (Punjung Cendekiawan Berbakat), Phobin Seng Kiok, Ma To Jin (Pendeta Perempuan), dan Jin Kui Hwe Ke (Jin Kui Pulang Kampung).
Sementara lagu sayur adalah lagu selingan atau hiburan yang biasanya berbentuk pantun khas Betawi, seperti Jali-Jali, Cente Manis, Cente Manis Gula Batu, Cente Manis Kelapa Muda, Surilang, Balo-Balo, Stambul Siliwangi, Jali-Jali Kalih Jodo, Jali-Jali Si Ronda. Ada pula lagu Sipitung, Siangkri, Orang Bujang, Galatik Unguk, dan Stambul.
Dalam pementasan Gambang Kromong, nilai kekompakan dan ketertiban tecermin dalam suatu pementasan yang dapat berjalan secara lancar.
Nilai kreativitas tecermin pada peralatan dan perlengkapan gambang kromong. Di awal munculnya, peralatan musik masih bersifat tradisional bernada pentatonis. Namun seiring waktu, penggunaan alat-alat musik modern juga ikut dimainkan sehingga menimbulkan bunyi yang lebih dinamis, seperti gitar listrik dan keyboard.
Penulis : Iman Firdaus Editor : Vyara-Lestari
Sumber : Kompas TV