39,5 Persen Bayi Kerdil Berasal dari Orang Tua Perokok
Sosial | 20 Januari 2022, 18:29 WIBJAKARTA, KOMPAS. TV – Komisi Nasional Pengendalian Tembakau membeberkan data soal efek rokok terhadap bayi.
Hasilnya, Komnas PT menyebut sebanyak 39,5 bayi yang lahir dalam keadaan kerdil (stunting) berasal dari keluarga perokok aktif.
“Jadi ternyata, konsumsi rokok itu berhubungan erat dengan stunting (kekerdilan). Data menunjukkan bayi pada keluarga perokok, cenderung beratnya kurang,” kata Ketua Bidang Pendidikan dan Pemberdayaan Masyarakat Komite Nasional Pengendalian Tembakau Rita Damayanti, Kamis (20/1/2022).
Rita Damayanti menyatakan ini dalam “Sosialisasi Pemahaman Hubungan Perilaku Merokok dan Stunting”
Baca Juga: Puan Singgung Milenial soal Pernikahan Jangan Hanya Mikir Prewedding, Edukasi Stunting juga Penting
Dia menjelaskan data soal hubungan kebiasaan merokok dan stunting tersebut berdasarkan data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2003-2018.
Bayi yang terlahir stunting sebanyak 39,5 persen berasal dari keluarga perokok dan juga keluarga dengan kondisi ekonomi miskin.
Adapun hasil penelitian Pusat Kajian Kaminan Sosial Universitas Indonesia (PKJS-UI) pada 2018 menyebut keluarga perokok cenderung memiliki bayi yang memiliki kondisi dengan berat 1,5 kilogram lebih kecil dan sekitar 0,34 sentimeter tingginya lebih pendek dari bayi yang lahir dari keluarga yang bukan menjadi perokok aktif.
Baca Juga: Prevalensi Perokok Anak Masih Tinggi, Kemenkeu akan Naikkan Cukai Rokok
Bahkan akibat orang tua merokok, bayi dapat mengalami kerusakan otak bagian depan (prefrontal cortex) akibat nikotin yang masuk ke saluran pernafasan. Padahal pada khususnya pada masa 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK), otak pada anak sedang berkembang dengan pesat.
Penulis : Vidi Batlolone Editor : Hariyanto-Kurniawan
Sumber : Kompas TV