> >

Alissa Wahid Respons Pendukung Perusak Sesajen: Lupa, Hormati Hak Orang Lain Juga Perintah Agama

Berita utama | 18 Januari 2022, 11:05 WIB
Putri Tertua Gus Dur, Alissa Wahid, menjadi salah satu ketua bidang di PBNU jadi yang pertama dalam sejarah NU yang berdiri sejak 1926 (Sumber: Kompas TV)

JAKARTA, KOMPAS.TV - Koordinator Jaringan Nasional Gusdurian Indonesia Alissa Wahid menegaskan menghormati hak orang lain untuk beribadah dan beragama termasuk perintah agama.

Demikian, Alissa Wahid menyoroti adanya kelompok yang justru mendukung aksi tidak beradab perusak sesajen.

“Kenapa banyak yang mendukung? Karena mereka menganggap sedang menjalankan perintah agama. Tapi dia juga lupa, bahwa menghormati hak orang lain itu termasuk perintah agama juga,” ucap Putri Presiden RI ke-4 (alm) KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) sebagaimana dikutip dari Antara, Selasa (18/1/2022).

Termasuk, sambung Alissa, perintah menaati peraturan, membangun kehidupan bersama yang baik dan membangun kemaslahatan umat.

Oleh karena itu, Alissa menilai perilaku perusak sesajen tidak etis jika dianggap sebagai kebebasan berpendapat, berekspresi, dan berpikir.

Baca Juga: Alissa Wahid soal Perusakan Sesajen: Orang Memaksakan Ajarannya Kepada Pihak Lain, Itu Pelanggaran

“Dalam Al Quran tertuang, ‘la iqro hafidzin’, yaitu tidak ada paksaan dalam (menganut) agama (Islam). Itu panduan, jadi kebebasan berpendapat itu betul, tapi tidak sama dengan bertindak semau-maunya,” kata Alissa yang merupakan Ketua Tanfidziyah PBNU 2022–2027.

Tak hanya itu, lanjut Alissa, dalam Al Quran Surat Al Maidah ayat 8 dikatakan ‘Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap suatu kaum, membuatmu berlaku tidak adil. Adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa’.

“Seseorang yang berlaku intoleran, tidak memahami kaidah hidup beragama yang sudah digariskan di dalam Islam. Soal keadilan itu sudah jelas sekali tertuang di dalam Al Quran,” ujar Alissa

Atas dasar itu, Alissa menekankan kepada masyarakat agar tidak menafsirkan sesuatu secara tekstual atau mempedomani satu perintah saja untuk dipraktikan, tanpa memahami makna dan nilai di baliknya.

“Jadi tidak bisa kita hanya mempedomani satu perintah saja tentang memberantas kemusyrikan. Dan kebanyakan orang itu seringkali hanya berhenti di praktiknya tapi tidak paham nilainya,” kata dia.

Baca Juga: Pengacara Sebut Video Pria Tendang Sesajen Hanya Dibagikan di Grup Kajian Ibu-Ibu: untuk Mengedukasi

Dalam keterangannya, Alissa pun mengingatkan dua hal yang dapat dilakukan kelompok moderat agar bersikap bijak ketika menghadapi fenomena kasus intoleransi dan ujaran kebencian atas nama agama.

“Pertama, tokoh moderat serta pemuka agama perlu menyampaikan pendapatnya, karena kalau tidak berpendapat itu kemudian seakan-akan menjadi hal yang dianggap benar. Sehingga tokoh moderat dan pemuka agama perlu menasihati dan meluruskan pemahaman keagamaan yang dangkal seperti itu,” ucapnya.

Kemudian yang kedua, memperkuat hubungan antar-kelompok masyarakat yang masih ingin merawat bangsa Indonesia.

“Jadi itu penting kita bersuara dengan lantang bahwa kita tidak ingin tindakan seperti ini tumbuh subur di Indonesia. Saya berharap hal ini akan dapat menghimpun dan menimbulkan suara yang lantang menolak praktik intoleransi di bumi pertiwi,” kata Alissa Wahid.

Penulis : Ninuk Cucu Suwanti Editor : Desy-Afrianti

Sumber : Kompas TV


TERBARU