4 Fakta Komplotan Copet di Mandalika, Pernah Raup Rp200 Juta di Makau
Aiman | 29 November 2021, 09:56 WIB"Ada dua, dompet dan handphone. Tapi untuk di Indonesia, hanya handphone, karena orang Indonesia biasanya tak banyak bawa uang," kata Komplotan Pencopet yang paling senior alias lama beroperasi.
Saat ditanya berapa paling banyak dapat dari hasil copet? Komplotan itu menjawab, "Rp200 juta, Pak, saat di Makau."
Jadi hasil copet senilai Rp200 juta berupa uang asing dan HP, ia sempat memeroleh saat mencopet di Makau, China.
3. Strategi dalam Menajalankan Aksinya
Saat digali lebih dalam soal strategi menjalankan aksinya dengan aman, pimpinan pencopet itu mengungkapkan ada dua cara:
"Pertama, tas taruh di bagian depan, kedua, tidak boleh ada sedikit pun resleting yang terbuka, walaupun sedikit saja," ungkapnya.
Jika salah satu tidak dilakukan, maka besar kemungkinan akan jadi target pencopet.
Pencopet, tambahnya, akan kesulitan jika tas berada di depan, atau bahkan handphone dipegang menggunakan tangan. Tapi akan jauh lebih mudah, jika tas berada di belakang, dan apalagi terbuka bagian resletingnya.
Baca Juga: Terbongkar Jaringan Copet Internasional Terjadi di Sirkuit Mandalika
4. Balapan, Keamanan, & Kesehatan
Selain keamanan dan balapannya, tak bisa dimungkiri, soal kesehatan di masa pandemi juga jadi tantangan. Yang ada di belakang cerita kesuksesan Balap Mandalika adalah soal penempatan pejabat TNI-Polri di lingkup Provinsi NTB.
Tujuannya, untuk meningkatkan cakupan vaksinasi dari sekitar rata-rata tiap kabupaten 20 persen sebelum event race Mandalika, menjadi 70 persen.
"Data awal satu bulan sebelum event WSBK capaian dosis masih sekitar 20 persen, dengan diterjunkan (Pejabat TNI/POLRI) dua Kombes & Kolonel di setiap Polsek/Kecamatan yang akhirnya berhasil capaian vaksinasi di atas 70 persen jelang WSBK," ungkap Kabidhumas Polda NTB Kombes Pol Artanto.
Kita tunggu MotoGP pada Maret 2022 mendatang!
"Lima kali lebih besar, lebih sulit, dan lebih dahsyat dari WSBK. Saya Aiman. Salam!" tutur Aiman.
Penulis : Hedi Basri Editor : Desy-Afrianti
Sumber : Kompas TV