> >

Cek Perkiraan Harga Booster Vaksin Covid-19, Bio Farma: Relatif Sama dengan Vaksinasi Gotong Royong

Kesehatan | 18 November 2021, 15:54 WIB
Ilustrasi vaksin Covid-19. PT Bio Farma mengatakan, biaya dalam program vaksinasi Gotong Royong dapat dijadikan sebagai referensi untuk memperkirakan harga layanan pemberian dosis ketiga atau booster vaksin Covid-19 yang bakal dilakukan pemerintah secara berbayar. (Sumber: pixabay.com/Torstensimon)

JAKARTA, KOMPAS.TV - PT Bio Farma akan segera merilis harga untuk layanan vaksinasi Covid-19 dosis ketiga atau booster yang rencananya dilakukan secara berbayar bagi publik.

Kepala Bagian Operasional Pelayanan PT Bio Farma Erwin Setiawan mengatakan, saat ini pihaknya tinggal menunggu regulasi dari pemerintah terkait biaya tersebut.

"Tentunya, untuk harga (booster vaksin Covid-19) ini akan ditentukan oleh pemerintah dengan pendampingan dari BPKP (Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan)," kata Erwin dikutip dari tayangan di kanal Youtube FMB9ID_IKP, Kamis (18/11/2021).

Namun, sebagai perkiraannya, Erwin menyebutkan bahwa harga booster vaksin Covid-19 tidak jauh beda dengan program vaksinasi Gotong Royong.

Baca Juga: Booster Vaksin Covid-19 Masih Menunggu Masukan Ahli, Kemenkes: Tidak akan Dilaksanakan Secepatnya

"Untuk (program) vaksinasi Gotong Royong kan harganya sekitar Rp 188.000 kalau enggak salah, dan jasa layanannya Rp 117.000," jelas Erwin.

"Jadi, (harga program vaksinasi Gotong Royong) itu mungkin bisa menjadi refensi saat ini untuk vaksin berbayar yang pelaksanaannya dilakukan oleh badan hukum dan badan usaha," imbuhnya.

Lebih lanjut, Erwin mengatakan, pihaknya bersama produsen vaksin Sinovac juga akan melakukan penelitian terkait pemberian booster vaksin Covid-19 pada Januari 2022.

Penelitian tersebut tetap dilakukan, meski pihak Sinovac sudah lebih dulu melakukan studi terkait booster vaksin Covid-19 dengan hasil yang cukup baik.

Baca Juga: Vaksin Booster Bayar Sendiri, Cek Harganya di Sini

"Hasilnya cukup baik, terjadi peningkatakan yang signifikan dari penyuntikan vaksin booster Sinovac," ungkap Erwin soal penelitian pihak Sinovac.

Sebelumnya, telah diberitakan bahwa pemberian booster vaksin Covid-19 dapat dilakukan setelah cakupan vaksinasi lengkap dua dosis telah mencapai lebih dari 50 persen dari sasarannya.

Hal tersebut diungkapkan Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin saat rapat bersama Komisi IX DPR RI, Senin (8/11/2021).

Akan tetapi, Budi menuturkan, isu vaksin booster masih menjadi persoalan yang sensitif di dunia hingga detik ini.

Sebab, masih banyak penduduk di Afrika yang masih belum mendapatkan vaksin Covid-19 di saat beberapa negara maju sudah memberlakukan booster.

Baca Juga: Hati-hati Saat Suntik Immune Booster, Dokter: Konsumen Berhak Tahu Isi Kandungan

Maka dari itu, Budi menjelaskan, Indonesia hanya akan memulai pemberian booster ketika minimal 50 persen penduduknya telah menjalani vaksinasi lengkap dua kali.

"(Karena) semua negara yang memulai booster, sudah (mencapai angka) 50 persen dari penduduknya yang disuntik (vaksin Covid-19) dua kali," ujarnya.

Adapun, terkait target Indonesia, Budi memperkirakan bahwa 59 persen penduduk akan sudah menerima dosis kedua vaksin Covid-19 pada Desember nanti.

"Jadi, itu adalah saat yang lebih pas untuk kita memulai pemberian vaksin booster ke depannya," tandas Budi.

Perlu dikeathui pula, pemberian dosis ketiga vaksin Covid-19 akan dilakukan sebanyak satu kali karena menurut media, titer antibodi naik secara signifikan bagi mereka yang sudah mendapatkannya.

Budi menegaskan, prioritas pemberian vaksin booster yang ditanggung pemerintah adalah para lansia yang dinilai berisiko tinggi, serta PBI (Penerima Bantuan Iuran) BPJS Kesehatan.

Lebih lanjut, Budi menegaskan, masyarakat yang termasuk kategori vaksinasi booster berbayar bisa memilih jenis vaksin yang mau disuntikkan kepadanya.

Penulis : Aryo Sumbogo Editor : Iman-Firdaus

Sumber : Kompas TV


TERBARU