> >

Anggota DPR Sebut Pertamina Sepelekan Perawatan Kilang Minyak Cilacap hingga Kembali Terbakar

Peristiwa | 15 November 2021, 06:10 WIB
Foto kebakaran di kilang Pertamina Cilacap, Jawa Tengah, Sabtu (13/11/2021) malam, yang beredar melalui WhatsApp. (Sumber: ANTARA/WhatsApp/Andi)

JAKARTA, KOMPAS.TV - Anggota Komisi VII DPR RI Mulyanto menyebut Pertamina terkesan menyepelekan perawatan kilang minyak hingga kembali terbakar di area Kilang Cilacap, Jawa Tengah.

"Terkesan Pertamina menyepelekan perawatan kilang ini," kata Mulyanto dalam keterangan resminya yang diterima di Jakarta, Minggu (14/11/2021).

Baca Juga: Kebakaran Kilang Minyak Pertamina di Cilacap Diduga karena Sambaran Petir, BMKG Beri Penjelasan

Mulyanto menyesalkan terjadinya insiden kebakaran kilang tersebut. Apalagi, kata dia, kebakaran kilang minyak telah terjadi ketiga kalinya di tahun 2021.

Bahkan, Mulyanto menyebut kebakaran kilang minyak kali ini merupakan yang kedua kalinya di tempat yang sama.

Mulyanto mengungkapkan, dalam rapat kerja dengan Komisi VII DPR RI beberapa waktu lalu, Direktur Utama Pertamina memaparkan hasil analisis penyebab kebocoran dan kebakaran tangki BBM di kilang Cilacap. Selain itu, kata dia, juga disampaikan rencana tindak lanjut ke depan. 

Saat RDP tersebut, Mulyanto mengatakan, Direktur Utama Pertamina menyampaikan hasil analisis BPPT, ITB, Kementerian ESDM dan Det Norske Veritas (DNV), perihal penyebab insiden kebakaran kilang Minyak Cilacap lima bulan lalu.

Baca Juga: Selidiki Kebakaran Tangki Kilang Minyak Pertamina Cilacap, Polisi Terjunkan Tim Inafis dan Puslabfor

Diketahui, penyebab utama kebocoran dan kebakaran pada kilang Cilacap Juni 2021 adalah korosi dan sambaran petir.

Untuk itu, kata Mulyanto, Pertamina mengaku sudah menyiapkan langkah-langkah untuk pencegahan terjadinya korosi dan sambaran petir yang dapat menimbulkan kebocoran dan kebakaran kilang.

"Bahkan saat itu Pertamina berjanji untuk melaksanakan pencegahan melampaui standar yang ada (beyond standard)," kata Mulyanto.

Dengan kejadian ini, Mulyanto menilai, rencana kerja yang dilaporkan Direktur Utama Pertamina tersebut tidak dijalankan dengan baik, sehingga tidak mampu mencegah kasus kebakaran kilang.

Baca Juga: Profil Kilang Pertamina RU IV Cilacap, Terbesar di Indonesia, Pasok 60 Persen BBM di Jawa

"Dengan kasus kebakaran kilang BBM yang hampir 3 bulan sekali ini, kita menjadi khawatir dengan kondisi kilang Pertamina yang jumlahnya bisa lebih dari seribuan di seluruh Indonesia," tutur Mulyanto.

Mulyanto berharap perlu dilakukan audit secara menyeluruh terhadap kilang-kilang yang ada, agar dapat dipetakan kondisi setiap kilang. 

Dengan begitu, kata dia, dapat diketahui mana kilang yang masih hijau, kuning, maupun merah serta langkah-langkah mitigasinya.

Senada dengan Mulyanto, Ketua Komisi VII DPR RI Sugeng Suparwoto meminta dilakukannya investigasi dan audit menyeluruh terhadap kilang Pertamina di Cilacap. 

Baca Juga: Detik-Detik Kilang Minyak Pertamina Terbakar, Terjadi Saat Hujan Lebat hingga Langsung Gelap Gulita

"Kami meminta investigasi dan audit menyeluruh terhadap kilang dan keamanannya," kata Ketua Komisi VII DPR-RI Sugeng Suparwoto.

Ia mengatakan, investigasi dan audit menyeluruh kilang tersebut untuk mengetahui kondisi kilang yang memang sudah tua. 

Menurut dia, kilang-kilang Pertamina di Cilacap dibangun antara tahun 1970 sampai 1980-an dan selama ini belum ada pembaruan maupun kilang baru di sana.

Oleh karena itu, lanjut dia, audit menyeluruh sangat diperlukan terkait sistem keamanannya. Terlebih, dalam tahun ini saja sudah 3 kali terjadi kebakaran kilang Pertamina yaitu di Balongan (Jawa Barat) dan Cilacap (Jawa Tengah).

"Jadi evaluasi tambal sulam saja tidak cukup," ujar Sugeng Suparwoto.

Baca Juga: TOP 3 NEWS: Api di Tangki Kilang Padam, Banjir 1,5 Meter di Sintang, Greenpeace Dipolisikan

Sugeng mengakui, tantangan eksternal Kilang Cilacap cukup besar, baik alam maupun lingkungan dan sosial. Ia mengatakan, perubahan iklim yang luar biasa menyebabkan tekanan udara di selatan Pulau Jawa menjadi lebih ekstrem, abrasinya cukup tinggi, dan bila hujan banyak petir.

Selain itu, kondisi lingkungan dan sosial berubah, berbeda ketika kilang dibangun pada tahun 1970-1980-an. 

Hal itu, menurut dia, menyebabkan sistem keamanannya kemungkinan sudah tidak cocok lagi. Faktor-faktornya dinilai telah berubah.

"Jadi kejadiannya sendiri (kebakaran kilang) harus diinvestigasi mendalam, apakah karena alam, human error, atau teknikal alat yang tidak memadai. Tidak tertutup juga kemungkinan sabotase," ujar Sugeng.

Baca Juga: Selidiki Kebakaran Tangki Kilang Minyak Pertamina Cilacap, Polisi Terjunkan Tim Inafis dan Puslabfor

 

Penulis : Tito Dirhantoro Editor : Hariyanto-Kurniawan

Sumber : Antara


TERBARU