> >

Gakeslab Sebut 20 Persen Laboratorium Penyedia Tes PCR Tutup Akibat Pemberlakuan Satu Harga

Kesehatan | 14 November 2021, 21:39 WIB
Sejumlah laboratorium penyedia layanan tes Polymerase Chain Reaction (PCR) di Indonesia terpaksa tutup akibat pemberlakuan satu harga tes PCR . (Sumber: Tangkapan layar Kompas TV)

JAKARTA, KOMPAS.TV – Sejumlah laboratorium penyedia layanan tes Polymerase Chain Reaction (PCR) di Indonesia terpaksa tutup akibat pemberlakuan satu harga tes PCR.

Penjelasan tersebut disampaikan oleh Sekretaris Jenderal (Sekjen) Perkumpulan Organisasi Perusahaan Alat-alat Kesehatan dan Laboratorium Indonesia (Gakeslab), Randy H Teguh, Minggu (14/11/2021).

“Kalau data dari teman asosiasi laboratorium klinik, sudah 20 persen anggota mereka yang memberikan layanan PCR sudah tutup,” ucapnya dalam Sapa Indonesia Malam Kompas TV, Minggu (14/11/2021).

Mengenai penentuan satu harga untuk tes PCR tersebut, Randy menganalogikan dengan perlakuan satu harga tarif seluruh moda transportasi, mulai dari pesawat, kereta api, hingga bus malam.

Baca Juga: KPPU Minta Pemerintah Lebih Transparan Soal Perhitungan Harga Eceran Tertinggi Tes PCR

Menurutnya, penentuan satu tarif untuk seluruh moda transportasi tidak mungkin bisa dilakukan, karena masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan.

“Maksud saya, kan ada pesawat, kereta, bus malam, travel, kan enggak mungkin semua satu harga. Masing-masing punya kelebihan dan kekurangan,” tegasnya.

Hal yang sama berlaku pada tes PCR, yang menurutnya menggunakan bermacam-macam teknologi, mulai dari open system, close system, manual, otomatis, prosesnya satu kali, dua kali proses, dsb.

“Itu kan kalau ditetapkan satu harga kan kasihan.”

Dia juga menanggapi pernyataan narasumber lain dalam acara itu, yakni Tenaga Ahli Utama Kedeputian II Kantor Staf Presiden (KSP), Abraham Wirotomo, yang menyebut bahwa berdasarkan data pemerintah tidak ada penurunan signifikan terhadap tes PCR.

Menurut Randy, saat ini tes PCR memang masih ada, tetapi harus dicek berapa banyak laboratorium yang menggunakan close system yang tutup akibat kebijakan tersebut.

“Saya juga enggak tahu apakah masih bertahan lama. Karena memang ternyata ada masalah bagi teman-teman lab.”

Mengenai keuntungan dengan harga Rp275 ribu dan Rp300 ribu, Randy menyebut hal itu tergantung pada teknologi yang digunakan oleh laboratorium masing-masing.

Jika lab menggunakan teknologi close system atau teknologi yang terbaru, dengan reagen yang harga Rp400 ribu-Rp500 ribu, harga tersebut dipastikannya tidak bisa dipakai.

“Tapi memang banyak reagen dengan teknologi yang lama, 150-180 mungkin masih bisa.”

Pengusaha, lanjut Randy, sebenarnya berharap tidak ada penerapan satu harga. Mereka berharap ada range harga, sama seperti analoginya tarif moda transportasi.

“Naik pesawat karena cepat, teknologinya canggih, harganya sekian. Tetapi, kalau naik kereta api lain lagi, naik bus malam lain lagi.”

Sementara, Abraham menyebut bahwa pemerintah mengevaluasi data secara mingguan untuk mengetahui apakah harga tes PCR yang ditetapkan benar-benar terlalu rendah.

Menurutnya, berdasarkan data tanggal 13 November 2021, testing PCR di Indonesia masih berada pada kisaran 244 ribu tes per hari.

“Sebelum ada penurunan harga PCR, (jumlah testing) 245 ribuan. Jadi tidak ada penurunan yang signifikan dari testing di Indonesia,” jelasnya.

Baca Juga: Kenapa Harga Tes PCR Baru Turun Rp275.000? Ini Penjelasan Bio Farma

Hal ini menurut dia mengindikasikan bahwa masih banyak lab yang bisa menerima harga yang ditetapkan oleh pemerintah.

Dia menyebut, pemerintah juga melihat kondisi di lapangan, termasuk mengecek harga di luar Jawa. Dia mencontohhkan beberapa daerah di luar Jawa yang masih menyanggupi harga Rp300 ribu.

“Lalu kita juga menggunakan data dari salah satu telemedicine terbesar di Indonesia, ternyata mereka melihat dari 140 kabupaten/kota harganya stabil sesuai dengan yang ditetapkan oleh pemerintah.”

“Apabila ternyata betul harga terlalu rendah, tentu angka testing di Indonesia berkurang signifikan,” lanjutnya.

 

Penulis : Kurniawan Eka Mulyana Editor : Hariyanto-Kurniawan

Sumber : Kompas TV


TERBARU