> >

Tepis Stigma Buruk Soal Lansia Tinggal di Panti Jompo, Ini Beberapa Hal yang Perlu Diketahui

Sosial | 2 November 2021, 15:47 WIB
Tepis stigma buruk lansia tinggal di panti jompo, ini beberapa hal yang perlu diketahui oleh masyarakat (Sumber: Freepik)

YOGYAKARTA, KOMPAS.TV - Kisah ibu Trimah viral di media sosial. Seorang ibu lansia di Magelang yang dititipkan ketiga anaknya di Griya Lansia Husnul Khatimah, Malang, Jawa Timur.

Ia dititipkan oleh ketiga anaknya di panti jompo karena tidak sanggup lagi mengurus akibat kesibukan. 

Bahkan, ketiga anaknya juga membuat surat pernyataan yang berbunyi jika ibu mereka meninggal maka pemakaman Trimah diserahkan kepada pihak panti.

Akibat dari kisah tersebut, banyak netizen yang memberikan komentar di sejumlah unggahan akun media sosial. Tidak sedikit, netizen merasa miris dengan sikap yang dilakukan ketiga anaknya hingga menuding durhaka karena tidak mau merawat orang tua sendiri.

Namun tidak sedikit pula, netizen yang membagikan pandangan lain yang tidak menstigma buruk atas sikap anak yang menitipkan orang tuanya di panti jompo. Serta, menepis stigma seorang lansia yang tinggal di panti jompo sama halnya dengan orang terlantar.

Lebih lanjut, Feriawan Agung Nugroho, pekerja sosial yang sempat sembilan tahun bekerja di Panti Sosial Tresna Werda (PSTW) Unit Abiyoso Pakem, Sleman, Yogyakarta, membenarkan bahwa persoalan pro dan kontra soal merawat orang tua yang di masa lansia dengan menitipkan di panti jompo. Terutama di Indonesia.

Menurut Feri, masyarakat Indonesia cenderung masih terikat dengan nilai agama, nilai ketimuran, dan etika masyarakat umum yang menganggap mempercayakan orang tua ke panti jompo adalah suatu hal yang salah.

Selain itu juga, alumni Universitas Gadjah Mada (UGM) ini menyebut bahwa masih banyak masyarakat yang belum mengenal lebih jauh soal apa itu panti jompo, panti werdha, dan tempat penitipan orang tua.

Baca Juga: Capaian Vaksinasi Covid-19 Lansia Masih Rendah, Kemenkes Beber Penyebabnya

"Lebih dalam lagi, banyak masyarakat yang tidak tahu atau tidak paham kebutuhan orang yang sudah lanjut usia. Bagaimana pemantauan kesehatan, penciptaan lingkungan yang kondusif, pemenuhan kebutuhan sosialnya, dll," jelas Feri seperti dilansir dari KOMPAS.Com, Selasa (02/11/2021).

Feri juga menyatakan bahwa minimnya pengetahuan masyarakat soal apa saja hal-hal yang diterima dan dilakukan para lansia di tempat perawatan membuat stigma panti jompo semakin buruk.

Padahal menurutnya, para lansia seperti halnya yang dirawat di PSTW Unit Abiyoso Sleman, banyak dari mereka yang merasa gembira dan senang tinggal di panti jompo. Bahkan, para lansia akan menjalani beberapa kegiatan yang dilakukan bersama teman-teman lansia lainnya.

"Sependek pengalaman saya, cukup banyak masyarakat yang baru paham.. Oh ternyata lansia lansia di Balai kami itu bahagia tho, senang tho, banyak kegiatan, banyak temannya tho. Gembira dan senang tho..," papar Feriawan yang kini dipindahtugaskan ke Balai Rehabilitasi Sosial Pengasuhan Anak (BRSPA) di Bimomartani, Jaten, Sleman.

Menurut Feri, beberapa masyarakat yang telah mendapat pemahaman baru soal kehidupan di panti jompo justru mampu mengubah persepsi atas stigma buruk yang berkembang. Sehingga, banyak yang memiliki gagasan untuk membuat fasilitas serupa untuk komunitasnya sendiri.

Bahkan, menghabiskan masa tua di panti jompo dipilih oleh beberapa orang karena dinilai mampu membuat para orang tua bisa lebih bahagia dibandingkan tinggal di rumah. Seperti halnya keputusan yang kemudian diambil oleh almarhumah NH Dini, seorang penulis dan sastrawan perempuan

Di usianya yang memasuki masa lansia, NH Dini memilih tinggal di Wisma Lansia Harapan Asri, Banyumanik, Semarang.

Menurut pengakuan keponakannya, NH Dini justru memilih tinggal di panti karena tidak mau merepotkan keluarga dan ingin hidup mandiri. Bahkan disebut telah menjual berbagai asetnya demi tinggal di panti jompo.

Kendati demikian, berbeda dengan kisah NH Dini, ada juga beberapa lansia yang datang ke panti jompo dengan perasaan merasa ditinggalkan atau ditelantarkan oleh anak dan keluarganya. Sehingga kemudian tidak bertahan lama di panti.

"Awalnya ada sebagian kecil yang tidak berkenan. Tetapi sependek yang saya tahu, justru lebih banyak yang lebih baik. Lebih senang," kata Feri.

Feri menjelaskan di panti jompo, seorang lansia justru sangat diperhatikan dan punya banyak teman sebaya. Bahkan, setiap panti jompo pasti memiliki kegiatan rutin yang terprogram mulai dari kegiatan yang bersifat aktivitas fisik hingga sosial. Mulai dari bimbingan rohani, bimbingan psikologi, pengembangan hobi, diajak bernyanyi, dan senam bersama.

Baca Juga: Pesan Anak Trimah Saat Titipkan Ibunya ke Panti Jompo: Hati-hati, Mama yang Sabar Ya di Sini

Seperti dilansir dari Hello Sehat, ada beberapa kelebihan yang didapat oleh lansia yang tinggal di panti jompo. Seperti, memiliki pelayanan medis tingkat lanjut, memudahkan lansia berinteraksi dengan orang lain, dan menjalani aktivitas harian yang teratur.

Adapun pelayanan kesehatan di panti jompo bervariasi, biasanya meliputi perawatan ortopedi, seperti masalah otot, sendi, dan tulang.


Lalu pengobatan untuk gangguan pernapasan, perawatan setelah operasi, seperti perawatan luka dan terapi antibiotik dan intravena.

Penulis : Nurul Fitriana Editor : Iman-Firdaus

Sumber : Kompas TV/Kompas.com/Hello Sehat


TERBARU