Hasto soal SBY Lamban: yang Saya Sampaikan adalah Fakta
Politik | 22 Oktober 2021, 18:30 WIB“Cara mendapatkan kekuasaan juga berbeda. Pak Jokowi melalui proses kaderisasi kepemimpinan, sementara Pak SBY melalui drama terzolimi,” ucapnya.
Hasto menuturkan apa yang disampaikannya soal SBY sudah ditempatkan secara obyektif. Dengan harapan bisa menjadi bagian dari Pendidikan politik untuk rakyat agar 2024 memilih pemimpin berdasarkan kualitas.
“Kesemua hal tersebut kami tempatkan secara obyektif sebagai bagian dari pendidikan politik untuk rakyat,” kata Hasto.
“Agar di dalam memilih pemimpin tahun 2024 yang akan datang benar-benar melihat kualitas kepemimpinan, rekam jejak dan juga tanggung jawab pemimpin bagi masa depan.”
Baca Juga: Pemerintah Era SBY Disebut Lamban Ambil Keputusan, Demokrat: Mungkin Hasto Hidup di Alam Mimpi
Hasto juga menekankan kepada masyarakat Indonesia, agar dalam memilih pemimpin bangsa jangan dilihat dari aspek pencitraannya.
Bicara soal kepemimpinan, Hasto sebelumnya juga mengatakan siap memberikan beasiswa untuk pihak yang melakukan kajian akademis membandingkan kepemimpinan Pak SBY dan Pak Jokowi dalam masa jabatan yang sama 10 tahun.
Tentunya, kajiannya dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif terhadap keberhasilan kedua presiden tersebut untuk rakyat.
“Dalam skala perbandingkan kuantitatif bisa mencakup jumlah jembatan, panjang jalan, jumlah pelabuhan laut, airport, pertambahan lahan pertanian dll,” kata Hasto.
“Sementara dalam prestasi menyelenggaralan pemilu ditinjau dari kategori demokratis dan tidak demokratisnya juga bisa dilakukan kajian.”
Seperti diberitakan KOMPAS TV sebelumnya, Partai Demokrat meradang setelah Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto melontarkan celotehan yang nadanya menyindir kepemimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Pemerintah era SBY dinilai oleh kader partai berlambang banteng moncong putih itu terlalu banyak menggelar rapat, tapi lamban dalam mengambil keputusan untuk menerbitkan kebijakan ketika negara sedang dilanda masalah.
Penulis : Ninuk Cucu Suwanti Editor : Gading-Persada
Sumber : Kompas TV