> >

Kemenag Tanggapi Media Asing yang Soroti Suara Azan: Aturan Soal Pengeras Suara Masih Relevan

Agama | 16 Oktober 2021, 13:47 WIB
Ilustrasi pengeras suara masjid. Kementerian Agama (Kemenag) mengatakan aturan tentang pelantang di masjid sudah ada sejak lama dan masih relevan. (Sumber: Daily Pakistan Global via Tribunnews)

Dalam liputan itu disebutkan, seorang muslimah bernama Rina—nama, tempat tinggal dirahasiakan AFP—disebut mengidap anxiety disorder (kecemasan) hingga ia tidak bisa tidur, mual dan sulit makan karena suara azan di dekat rumahnya.

Suara itu kerap muncul pada dinihari, waktu seharusnya untuk istirahat. Namun, Rina tidak berani untuk sekadar mengeluh ke pengurus.

Liputan itu juga menjelaskan tentang bagaimana di Indonesia, negeri berpenduduk mayoritas muslim terbesar di dunia yang dinilai bagus soal toleransi beragama, tapi untuk urusan pengeras suara dan masjid yang begitu mereka hormati, justru menimbulkan banyak ketidaknyamanan.

AFP juga menyebutkan keluhan mulai banyak, termasuk di media sosial, tapi tampaknya tidak terlalu signifikan berdampak. Apalagi ada kejadian kasus Meiliana di Tanjung Balai pada 2018 lalu.

Baca Juga: Apakah Azan Harus Bersuara Lantang? Begini Penjelasannya

Merespons hal itu, Kamaruddin menegaskan bahwa sebenarnya penggunaan pengeras suara untuk mengumandangkan azan telah diatur sejak puluhan tahun lalu, dan itu masih relevan.

Kata Kamaruddin, pada bagian akhir instruksi tersebut, ditegaskan bahwa ketentuan pengaturan azan berlaku pada masjid, langgar dan musala di perkotaan yang masyarakatnya cenderung majemuk dan heterogen. 

Sementara pada masyarakat pedesaan yang cenderung homogen, bisa berjalan seperti biasa.

"Sesuai dengan kesepakatan di daerahnya," tandasnya.

Lebih rinci, berikut Instruksi Dirjen Bimas Islam tahun 1978 tentang Tuntunan Penggunaan Pengeras Suara di Masjid, Langgar dan Mushala:

Aturan Penggunaan Pengeras Suara:

  1. Pengeras suara luar digunakan untuk azan sebagai penanda waktu salat
  2. Pengeras suara dalam digunakan untuk doa dengan syarat tidak meninggikan suara
  3. Mengutamakan suara yang merdu dan fasih serta tidak meninggikan suara

1. Waktu Subuh

  • Sebelum waktu subuh dapat dilakukan kegiatan dengan pengeras suara paling awal 15 menit sebelum waktunya. Kesempatan ini untuk pembacaan ayat suci Al-Qur'an. 
  • Kegiatan pembacaan Al-Qur'an dapat menggunakan pengeras suara ke luar. Sedangkan ke dalam tidak disalurkan agar tak mengganggu orang yang sedang beribadah dalam masjid.
  • Azan waktu subuh dilakukan menggunakan pengeras suara ke luar
  • Salat subuh, kuliah subuh dan semacamnya menggunakan pengeras suara (bila diperlukan untuk kepentingan jamaah) dan hanya ditujukan ke dalam saja.

2. Waktu Zuhur dan Jumat

  • Lima menit menjelang Zuhur dan 15 menit menjelang waktu Zuhur dan Jumat supaya diisi bacaan Al-Qur'an yang ditujukan ke luar.
  • Demikian juga suara Azan bilamana telah tiba waktunya.
  • Bacaan salat, doa, pengumuman, khutbah dan lain-lain menggunakan pengeras suara yang ditujukan ke dalam.

3. Waktu Asar, Magrib, dan Isya

  • Lima menit sebelum azan pada waktunya, dianjurkan membaca Al-Qur'an.
  • Pada waktu datang waktu salat, dilakukan azan dengan pengeras suara ke luar dan ke dalam.
  • Sesudah azan, sebagaimana lain-lain waktu, hanya ke dalam.

4. Takbir, Tarhim, dan Ramadan

  • Takbir Idulfitri, Iduladha dilakukan dengan pengeras suara ke luar. Pada Idulfitri dilakukan malam 1 Syawal dan hari 1 Syawal. Pada Iduladha dilakukan 4 hari berturut-turut sejak malam 10 Dzulhijjah.
  • Tarhim yang berupa doa menggunakan pengeras suara ke dalam. Tarhim zikir tidak menggunakan pengeras suara.
  • Pada bulan Ramadan sebagaimana pada siang hari dan malam biasa dengan memperbanyak pengajian, bacaan Al-Qur'an yang ditujukan ke dalam, seperti tadarus dan lain-lain.
  • Upacara hari besar Islam dan Pengajian

Kamaruddin menambahkan, tablig pada hari besar Islam atau pengajian harus disampaikan oleh muballig dengan memperhatikan kondisi dan keadaan jemaah.

Karena itu, tablig/pengajian hanya menggunakan pengeras suara yang ditujukan ke dalam, dan tidak untuk ke luar karena tidak diketahui reaksi pendengarnya atau lebih sering menimbulkan gangguan bagi yang istirahat daripada didengarkan sungguh-sungguh.

Baca Juga: Azan Disorot Media Asing, Muhammadiyah: Kalau Dikumandangkan Sempurna, Insya Allah Tidak Ganggu

Penulis : Hedi Basri Editor : Edy-A.-Putra

Sumber : Kompas TV


TERBARU