> >

Waduh, Peneliti BRIN Sebut Angke dan Ciliwung Tercemar Paracetamol dengan Konsentrasi Tinggi

Peristiwa | 3 Oktober 2021, 07:05 WIB
Ilustrasi Teluk Jakarta. Penelitian menemukan pencemaran paracetamol di Teluk Jakarta. (Sumber: Kompas TV/Ant)

JAKARTA, KOMPAS.TV - Hasil studi peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) bersama dengan peneliti di Inggris menunjukkan bahwa Muara Sungai Angke dan muara Sungai Ciliwung Ancol di Teluk Jakarta tercemar paracetamol dengan konsentrasi tinggi.

"Kami mendeteksi paracetamol di dua titik yaitu di muara sungai Ciliwung Ancol dan muara sungai Angke di Teluk Jakarta, dan di situ konsentrasinya ternyata lumayan tinggi jika dibandingkan dengan konsentrasi-konsentrasi lainnya yang sudah terdeteksi di negara-negara lain," kata peneliti bidang ekotoksikologi di Pusat Riset Oseanografi BRIN Wulan Koaguow dikutip dari ANTARA, Minggu (3/9/2021).

Hasil studi yang dilakukan oleh Wulan Koagouw dan Zainal Arifin dari BRIN, dan George WJ Olivier dan Corina Ciocan dari Universitas Brighton di Inggris dimuat dalam jurnal Marine Pollution Bulletin berjudul High concentrations of paracetamol in effluent dominated waters of Jakarta Bay, Indonesia.

Dalam penelitiannya, mereka menginvestigasi beberapa kontaminan air dari empat lokasi di Teluk Jakarta, yakni Angke, Ancol, Tanjung Priok, dan Cilincing, serta satu lokasi di pantai utara Jawa Tengah, yaitu Pantai Eretan, dengan mengambil sampel air laut dari lokasi-lokasi tersebut pada 2017.

Hasil studi menunjukkan, tidak terdeteksi parasetamol di Teluk Eretan.

Baca Juga: Tak Hanya Terancam Tenggelam, Teluk Jakarta Juga Terkontaminasi Parasetamol

Diketahui, paracetamol merupakan salah satu kandungan yang berasal dari produk obat atau farmasi yang sangat banyak dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia secara bebas tanpa resep dokter.

Wulan menjelaskan, konsentrasi paracetamol di Angke terdeteksi sebesar 610 nanogram per liter (ng/L), dan Ancol 420 ng/L.

Jika dibandingkan dengan pantai-pantai lain di belahan dunia, konsentrasi parasetamol di Teluk Jakarta relatif tinggi (420-610 ng/L), dibanding di pantai Brasil yang sebesar 34,6 ng/L, pantai utara Portugis yang sebesar 51,2–584 ng/L.

Angka ini tentu menimbulkan kekhawatiran mengenai risiko lingkungan yang terkait dengan paparan jangka panjang terhadap organisme laut di Teluk Jakarta terutama dampak pada peternakan kerang di sekitar perairan itu.

Hasil penelitian itu merupakan studi pertama yang melaporkan parasetamol (acetaminophen) di perairan pesisir Indonesia.

Baca Juga: Air Laut Teluk Jakarta Disebut Mengandung Parasetamol, Ini Kata DLH DKI

Sementara itu, peneliti di Pusat Riset Oseanografi BRIN Zainal Arifin yang juga menulis studi tersebut, menjelaskan ada tiga kemungkinan bagaimana paracetamol bisa mencemari teluk di Jakarta. 

Tiga kemungkinan tersebut yakni ekskresi akibat konsumsi masyarakat yang berlebihan, rumah sakit, dan industri farmasi.

Zainal mengatakan, ada potensi sumber kontaminan di perairan dengan jumlah penduduk yang tinggi di kawasan Jabodetabek dan jenis obat yang dijual bebas tanpa resep dokter.

Sedangkan sumber potensi dari rumah sakit dan industri farmasi dapat diakibatkan sistem pengelolaan air limbah yang tidak berfungsi optimal, sehingga sisa pemakaian obat atau limbah pembuatan obat masuk ke sungai dan akhirnya ke perairan pantai.

Penulis : Hasya Nindita Editor : Gading-Persada

Sumber : Kompas TV


TERBARU