Survei SMRC: Hanya 7 Persen Publik Indonesia yang Melihat PKI sebagai Ancaman
Berita utama | 1 Oktober 2021, 21:58 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV- Temuan survei nasional Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) menunjukkan, hanya 7 persen publik Indonesia yang melihat Partai Komunis Indonesia (PKI) sebagai ancaman.
Demikian Manajer Program SMRC Saidiman Ahmad menyampaikan temuan survei Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) bertajuk ‘Sikap Publik pada Pancasila dan Ancaman Komunis’ pada Jumat (1/10/2021).
“Hanya ada 14 persen yang setuju atau percaya dengan pandangan bahwa sekarang sedang terjadi kebangkitan PKI. Dari 14 persen ini, ada 49 persen atau 7 persen dari total populasi yang menyatakan bahwa kebangkitan itu sudah menjadi ancaman nyata bagi negara,” ujar Saidiman.
Mengacu pada temuan survei, Saidiman menilai sikap warga pada isu kebangkitan PKI nampaknya tidak berkaitan dengan komitmen pada negara yang berdasarkan Pancasila.
Baca Juga: Survei SMRC: 75 Persen Publik Menilai Jokowi Tidak Terkait PKI
“Warga yang percaya maupun yang tidak percaya dengan isu kebangkitan PKI memiliki komitmen yang relatif sama terhadap negara yang dijalankan berdasarkan Pancasila,” katanya.
Bahkan berdasar hasil survei SMRC, Saidiman mengatakan, 84 persen warga Indonesia tidak percaya adanya kebangkitan Partai Komunis Indonesia (PKI) di tanah air.
“Umumnya warga tidak termakan isu ini,” kata Saidiman Ahmad.
Dengan begitu, kata Saidiman, itu berarti isu tentang kebangkitan PKI tidak mengalami perkembangan atau stagnan dalam beberapa tahun terakhir.
Baca Juga: Survei SMRC: 75 Persen Publik Menilai Jokowi Tidak Terkait PKI
Mengacu pada data 6 tahun terakhir (Oktober 2015 – September 2021), Saidiman menyampaikan, yang percaya bahwa PKI bangkit hanya berkisar 10-16 persen. Sementara yang tidak percaya dengan isu ini bergerak di sekitar 84 sampai 90 persen.
“Nampaknya sikap terhadap isu kebangkitan PKI ini tidak berdiri sendiri, tapi terkait dengan pilihan politik pada pemilu 2019,” kata Saidiman.
Penulis : Ninuk Cucu Suwanti Editor : Vyara-Lestari
Sumber : Kompas TV