Efektif Lawan Virus Corona, Antibodi dalam ASI Penyintas Covid-19 Dapat Dihasilkan Hingga 10 Bulan
Kesehatan | 28 September 2021, 19:49 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV - Air susu ibu (ASI) dari seorang penyintas Covid-19 dipercaya mengandung antibodi yang efektif untuk memerangi virus corona.
Dalam penelitiannya, pakar kesehatan RS Mount Sinai, New York, Amerika Serikat (AS) Rebecca Powell menyampaikan, antibodi tersebut dapat dihasilkan oleh ibu menyusui hingga sepuluh bulan lamanya pascainfeksi Covid-19.
"Jika (seorang ibu) aktif menyusui, maka masih bisa memberikan antibodi itu melalui ASI (untuk bayinya)," kata Powell, dikutip dari Kompas.com, Selasa (28/9/2021).
Tak hanya bermanfaat untuk menekan tingkat keparahan infeksi virus corona, antibodi itu juga disebut efektif melindungi bayi dari berbagai paparan penyakit.
Baca Juga: Jangan Khawatir, Ibu Menyusui Bisa Disuntik Vaksin Covid-19 jika Penuhi 5 Syarat Ini
Lebih lanjut, para peneliti yang bekerja sama dengan Powell meyakini, antibodi tersebut juga dapat digunakan untuk mengobati orang dewasa yang mengalami infeksi Covid-19 parah.
Hal tersebut dikarenakan antibodi yang ada dalam ASI termasuk jenis Secretory Immunoglobulin A (IgA), yang biasa bekerja pada saluran pernapasan dan usus guna menghalau serangan virus dan bakteri.
Maka dari itu, dengan mengekstraksi antibodi IgA dari ASI untuk diberikan kepada penderita Covid-19, tingkat keparahan pasien dapat diturunkan.
"Cara ini bisa menjadi terapi yang luar biasa, karena (antibodi) IgA dapat bertahan dan berfungsi dengan sangat baik di area mukosa seperti lapisan saluran pernapasan," jelas Powell.
Baca Juga: Pakar: Ibu Menyusui Tetap Aman Berikan ASI Saat Positif Covid-19 Selama Patuh Protokol Kesehatan
Powell menambahkan, pemberian antibodi IgA kepada pasien Covid-19 lantas dapat dilakukan sebagai perawatan tipe nebuliser ketika kondisi mulai parah namun belum layak masuk ruang ICU.
Selain itu, Powell juga menjelaskan, jenis antibodi yang dihasilkan ibu menyusui penyintas Covid-19 memang berbeda dengan yang ada pada vaksin, Imunoglobulin G (IgG).
Kendati demikian, perbedaan di antara kedua jenis antibodi itu tak perlu dipermasalahkan karena sama-sama bermanfaat bagi tubuh.
Adapun untuk merumuskan semua temuan tersebut, penelitian yang dipimpin Powell menggunakan sampel ASI dari 75 perempuan penyintas Covid-19. Hasilnya, 88 persen dari sampel yang ada, tercatat memiliki antibodi IgA.
Penulis : Aryo Sumbogo Editor : Edy-A.-Putra
Sumber : Kompas.com