> >

Rendah Kalori, Karbohidrat dan Gula, Jokowi Sebut Porang Makanan Masa Depan

Peristiwa | 28 Agustus 2021, 16:49 WIB
Presiden Jokowi didampingi Gubernur Jatim Khofifah dan Bupati Madiun Ahmad Dawami serta pejabat lainnya saat melakukan kunjungan kerja ke pabrik pengolahan porang PT Asia Prima Konjac di Desa Kuwu, Kecamatan Balerejo, Kabupaten Madiun, Jatim, Kamis (19/8/2021). (Sumber: Kompas.tv/Ant)

JAKARTA, KOMPAS.TV - Presiden Joko Widodo mendorong porang menjadi makanan pokok masa depan. Porang dinilai cocok jadi makanan masa depan karena rendah kalori, karbo dan tak mengandung gula.

“Rendah kalori, rendah karbo dan tidak ada gula. Dan ini makanan sehat ke depan yah itu,” kata Presiden Joko Widodo, saat bertemu ketua umum dan sekjen partai politik pada Rabu (25/8/2021). Video pertemuan itu sendiri baru diunggah ke akun YouTube Sekretariat Presiden, Sabtu (28/8/2021).

Baca Juga: Porang atau Beras, Mana yang Lebih Kaya Akan Gizi?

Presiden menilai, komoditas umbi-umbian tersebut memiliki potensi yang sangat besar untuk menjadi primadona ekspor. Dia menyebutkan, porang bisa dibentuk menjadi berbagai macam olahan. Selain itu, menanam porang pun tidak sulit.

“Porang ternyata bisa dibuat apa saja dan menanamnya mudah sekali. Di tanah apapun dia bisa hidup,” ujarnya.

Menurut presiden, porang bisa diolah menjadi bahan baku beras, mi dan agar-agar. Selain itu, olahan porang pun bisa dimanfaatkan sebagai bahan kosmetik.

Baca Juga: Wah!! Ternyata Ini Alasan Jokowi Begitu Optimis dengan Komoditas Porang

“Tapi yang paling penting adalah makanan pokok masa depan dan sudah dimulai di Jepang dan Korea,”  terang Presiden.

Presiden menyinggung tentang porang dan beragam manfaatnya saat membahas strategi ekonomi nasional. Selama ini, ekonomi nasional Indonesia bergantung ke sektor konsumsi. Untuk menghilangkan ketergantungan pada konsumsi, Presiden Jokowi mendorong transformasi ekonomi ke sektor produksi melalui hilirisasi untuk industrialisasi.

"Semua komoditas yang kita miliki sekarang ini kita dorong untuk hilirisasi untuk industrialisasi, yaitu yang berkaitan dengan misalnya nikel, yang ke depan saya kira dalam waktu 3 tahun ini atau maksimal 4 tahun ini, semuanya akan berubah menjadi barang jadi. Dan juga yang paling penting adalah di litium baterai, baterai listrik, baterai mobil listrik. Ini yang nanti akan akan menyebabkan nilai tambah di industri ini menjadi meningkat sangat besar," jelas Presiden.

Penulis : Vidi Batlolone Editor : Vyara-Lestari

Sumber : Kompas TV


TERBARU