Perselisihan Politik Soemitro dan Soekarno, Seperti Diungkap Prabowo Subianto
Sosok | 18 Agustus 2021, 06:00 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV- Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto mengungkapkan kisah keluarganya di masa lalu yang memiliki pandangan politik berseberangan dengan Presiden pertama RI Soekarno.
"Sudah banyak yang tahu bahwa keluarga saya, orangtua saya berseberangan dengan Bung Karno," kata menteri pertahanan ini, dalam acara ulang tahun ke- 50 Centre for Strategic and International Studies (CSIS), Senin (16/8/2021).
Meski berseberangan pandangan politik, ayah Prabowo, Soemitro Djojohadikusumo, selalu mengajarkan bahwa secara hakiki Bung Karno adalah pemersatu bangsa. "Bung Karno adalah yang membawa kita kepada kemerdekaan," ujar menteri pertahanan ini.
Baca Juga: Anies dan Ganjar Kembali Teratas di Survei Capres, Prabowo Terdepak
Dikutip dari buku "Pelaku Berkisah, Ekonomi Indonesia 1950-an sampai 1990-an" dengan editor Thee Kian Wie, Soemitro berterus terang tentang hubungannya dengan Soekarno. Dalam pengakuannya, Soemitro bertemu sejak 1935. "Tak seorang pun dapat menuduh saya begundal Soekarno, karena ia pernah menjanjikan hadiah untuk kepala saya dalam tahapan tertentu hidup saya," jelas Soemitro.
Meski demikian, Soemitro yang juga dosen ekonomi ini, menyebut dia menghormati Soekarno. "Tetapi saya sangat menghormati dia, walaupun kebijakan-kebijakannya saya kritik dengan keras," ujar Soemitro lulusan Erasmus University di Belanda.
Rasa hormat Soemitro karena Soekarno adalah pemimpin besar. "Saya masih berpendapat bahwa ia adalah pemimpin politik yang besar," katanya.
Jasa-jasa Soekarno, kata Soemitro adalah memilih bahasa nasional yang tidak dipakai oleh bahasa masyoritas masyarakat waktu itu, yaitu bahasa Melayu bukan bahasa Jawa.
Baca Juga: 15 Quotes Heroik Pahlawan Nasional Indonesia dari Soekarno hingga Kartini
"Dengan intuisi politik semata ia memilih bahasa bahasa Melayu, yang merupakan lingua franca," kata Soemitro yang lima kali jadi menteri, sejak Orde Lama hingga Orde Baru ini.
Soemitro Djojohadikoesoemo kelahiran Kebumen, Jawa Tengah, 29 Mei 1917 – meninggal di Jakarta, 9 Maret 2001 pada usia 83 tahun.
Dia adalah ekonom Indonesia yang banyak melahirkan murid yang berhasil menjadi menteri pada era Suharto seperti J.B. Sumarlin, Ali Wardhana, dan Widjojo Nitisastro.
Penulis : Iman-Firdaus
Sumber : Kompas TV