> >

Anies Baswedan Akui RS di Jakarta Sempat Kolaps akibat Ledakan Covid-19, Selamat karena PPKM

Sosial | 15 Agustus 2021, 01:04 WIB
140 rumah sakit rujukan Covid-19 di Jakarta sempat kolaps atau kewalahan menangani pasien akibat ledakan Covid-19 sepanjang Juli 2021 lalu. (Sumber: France24 via AFP)

JAKARTA, KOMPAS.TV - Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menyebut 140 rumah sakit rujukan Covid-19 di Jakarta sempat kolaps atau kewalahan menangani pasien akibat ledakan Covid-19 sepanjang Juli 2021 lalu.

Anies menyebut, jumlah pasien yang mesti dirawat ketika itu melebihi kapasitas tempat perawatan. Warga yang sakit terus berdatangan, meski fasilitas kesehatan telah penuh dengan pasien.

Padahal, saat itu Pemprov DKI Jakarta telah menambah kapasitas rumah sakit dari 6.000 tempat tidur menjadi 11 ribu tempat tidur.

“Kapasitas kesehatan kita bukannya tidak ada batas, jelas ada batasnya. Bila batas itu terlewati, maka kapasitas kesehatan kita kolaps, jumlah yang harus dirawat lebih banyak dari jumlah tempat tidur dan kamar untuk perawatan," ujar Anies pada Sabtu (15/8/2021), dilansir dari ANTARA.

Baca Juga: Kabar Baik! Anies Baswedan Sampaikan Kasus Aktif Covid-19 Kini Dibawah 10 Ribu

Pada ledakan gelombang kedua Covid-19 bulan Juli 2021, Jakarta sempat mencatat 14.000 kasus Covid-19 per hari. 

Lalu, kasus harian sempat stabil di angka sekitar 12.000 sehari. Sementara, jumlah kasus aktif di puncak ledakan Covid-19 pada 16 Juli 2021 lalu mencapai 113.000 kasus.

"Pada saat kita berkejaran dengan penambahan kasus baru, ini pentingnya menahan kasus baru dan kasus aktif,” katanya.

Walau sempat krisis, Jakarta berhasil melewati ledakan Covid-19 gelombang kedua. Anies menyebut, hal ini berkat kebijakan, seperti Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat dan PPKM level 4.

"Kini alhamdulilah beban kapasitas kesehatan kita sudah turun di mana keterisian tempat tidur di seluruh rumah sakit di Jakarta hanya 33 persen saja, sementara keterisian tempat tidur di ruang ICU 59 persen," kata Anies.

Hasil pantauan data rumah sakit, saat puncak kasus Covid-19 bulan lalu, keterisian tempat tidur rumah sakit di Jakarta memang melampaui angka 90 persen. 

Sejumlah rumah sakit sampai membuat tenda darurat untuk menampung pasien yang tak mampu tertampung di gedung.

Kini, banyak rumah sakit sudah kosong. Anies pun memutuskan sebagian fasilitas kesehatan itu beralih fungsi menjadi tempat perawatan pasien non-Covid-19.

"Karena beban kapasitas sudah turun, maka kapasitas perawatan COVID-19 diturunkan untuk memberi ruang bagi pasien non-Covid," ucapnya.

Baca Juga: Gubernur Anies Pastikan Data Kematian akibat Covid-19 di Jakarta Disampaikan Transparan

Menurut Anies, beban rumah sakit yang turun juga ikut menurunkan angka kematian akibat Covid-19. Sebabnya, pasien kini bisa mendapatkan perawatan yang lebih maksimal.

Saat ini jumlah jenazah yang dimakamkan dengan protap Covid-19 berada di kisaran 40 hingga 50 orang. 

Sebelumnya, jumlah pemakaman dengan protap Covid-19 di DKI Jakarta sempat mencapai 400 sehari pada Juli silam.

Perlu diingat, pemakaman menggunakan tata cara khusus ini berlaku bagi jenazah pasien yang telah dinyatakan positif Covid-19. Ini juga berlaku pasien yang meninggal dunia sebelum hasil tes PCR keluar.

"Sejak pertengahan bulan Juni 2021, angka pemakaman dengan protap Covid naik pesat, hingga puncaknya di tanggal 10 Juli 2021. Pada saat itu, 400 saudara kita dimakamkan dengan protokol Covid setiap harinya," urai Anies.

"Sedangkan kematian terkonfirmasi COVID-19 yang sudah keluar hasil tesnya sempat mencapai angka 200-an setiap hari," imbuhnya.

Baca Juga: Sosiolog: Jika Presiden Jokowi Tidak Marah Saat Dikritik, Kenapa Mural Harus Dihapus?

 

Penulis : Ahmad Zuhad Editor : Hariyanto-Kurniawan

Sumber : Antara


TERBARU