> >

Sepintas soal Sejarah Grafiti yang Menjadi Media Politik Alternatif

Peristiwa | 14 Agustus 2021, 23:15 WIB
Dmitri Vrubel, My God, Help Me to Survive this Deadly Love, 1990. (Sumber: Getty Images)

Pada periode itu orang-orang mengatakan bahwa seni jalanan telah menemukan jalannya ke inti dari seni kontemporer.

Evolusi dan keragaman seni jalanan di abad ke-21. Misalnya, stensil telah menjadi bagian dari sejarah yang sejajar dengan grafiti dan telah menjadi wadah bagi aktivisme sosial-politik bagi mereka yang berkuasa, dan terlebih lagi bagi mereka yang menentang.

Perkembangan seni jalanan semakin populer melalui seniman seperti Banksy, yang mengubah pandangan bentuk seni ini dengan dokumenternya pada tembok-tembok kota.

Pada sumber lain, dilansir dari laman British Council, gambar pertama di dinding muncul di gua ribuan tahun yang lalu. Belakangan, orang Romawi dan Yunani Kuno menulis nama mereka dan puisi protes di gedung-gedung.

Sementara grafiti modern dianggap lahir di Philadelphia pada awal 1960-an, dan pada akhir tahun enam puluhan telah mencapai New York.

Bentuk seni baru itu kemudian benar-benar berkembang pada tahun 1970-an, ketika orang mulai menulis nama mereka di gedung-gedung di seluruh kota.

Pada pertengahan 1970-an, kadang-kadang sulit untuk melihat keluar dari jendela kereta bawah tanah, karena kereta tertutup lukisan grafiti.

Baca Juga: Mural Mirip Jokowi dengan Tulisan 404 Not Found Dihapus, Polisi Cari Pelaku

Di New York, lukisan tersebut muncul di geng jalanan. Mereka bekerja dalam kelompok, dan menyebut apa yang mereka lakukan dengan istilah 'grafiti'. Pertama kali digunakan oleh The New York Times dan novelis Norman Mailer.

Galeri seni di New York mulai membeli grafiti di awal tahun tujuh puluhan.

Tetapi pada saat yang sama, grafiti mulai dianggap sebagai bentuk seni, John Lindsay, Wali Kota New York saat itu, menyatakan perang pertama terhadap grafiti, karena para seniman jalanan itu menjadikan kereta bawah tanah sebagai medianya. Dan dilakukan tanpa ketahuan.

Senada Lindsay, Peter Vallone, seorang anggota dewan kota New York, berpikir bahwa grafiti yang dilakukan dengan izin bisa menjadi seni. Tetapi jika itu dilakukan di tempat orang, maka menjadi kejahatan.

Di sisi lain, Felix, anggota kelompok Reclaim Your City yang berbasis di Berlin, mengatakan bahwa seniman merebut kembali kota untuk publik dari pengiklan. 

Ia menegaskan bahwa grafiti mewakili kebebasan dan membuat kota lebih semarak.

Selama beberapa dekade grafiti telah menjadi batu loncatan untuk ketenaran internasional untuk beberapa orang.

Jean-Michel Basquiat mulai mencoret-coter di jalan pada tahun 1970-an sebelum menjadi seniman yang disegani di tahun 80-an. Orang Prancis, Blek le Rat dan seniman Inggris, Banksy telah mencapai ketenaran internasional dengan menghasilkan karya-karya kompleks dengan stensil, sering kali membuat poin politik atau lucu.

Bahkan, melalui grafiti seniman menggunakan keterampilan mereka untuk mewakili apa yang dipikirkan sebagian besar orang.

"Di atas segalanya, mereka membantu mengangkat suara melawan ketidakadilan dan konsekuensi negatif bagi populasi global," seperti dilansir dari Cooltourspain, Sabtu (13/8/2021).

Baca Juga: Mengenal Dmitri Vrubel, Pelukis ‘Bruderkuss’: Lukisan Paling Fenomenal Sepanjang Sejarah

Penulis : Hedi Basri Editor : Hariyanto-Kurniawan

Sumber : Kompas TV


TERBARU