> >

Biaya Tes PCR di Indonesia Lebih Mahal dari India, Kemenkes: Karena Masih Impor

Kesehatan | 14 Agustus 2021, 18:23 WIB
Ilustrasi tes PCR. Warga melakukan tes swab di Kantor Dinas Kesehatan Kabupaten Batang Jawa Tengah. (Sumber: Dok. Humas Pemkab Batang, Jawa Tengah)

JAKARTA, KOMPAS.TV - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) akhirnya buka suara menjawab rasa penasaran publik terkait biaya tes PCR di Indonesia yang terbilang lebih mahal dibanding India.

Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 Kemenkes Siti Nadia Tarmizi menjelaskan, biaya tes PCR di Indonesia tinggi karena masih bergantung pada impor.

"Karena (kebutuhan untuk) tes PCR kita masih diimpor, termasuk bahan bakunya juga, sebagian besar juga impor," kata Nadia, dikutip dari Kompas.com, Sabtu (14/8/2021).

Nadia menambahkan, sebetulnya produksi dalam negeri untuk menunjang penyelenggaraan tes PCR juga sudah ada, tapi bahan bakunya masih masih impor.

Baca Juga: Test PCR Mahal Dibandingkan India, Kemenkes: Kalau Perlu Kami Evaluasi

Sementara itu, menurut Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Prof Tjandra Yoga Aditama, perbandingan harga tes PCR di Indonesia dengan India bukanlah hal yang baru.

Tjandra mengungkapkan, sejak September 2020, Pemerintah India telah menetapkan tarif tes PCR di negaranya sebesar 2.400 rupee atau setara Rp480.000.

Sedangkan, pada wakktu yang sama, biaya tes PCR di Indonesia umumnya berkisar Rp1 Juta.

Menurut Tjandra, salah satu faktor yang membuat harga tes PCR di India lebih terjangkau adalah pemerintah setempat memberikan subsidi dan jumlah petugas laboratorium yang cukup banyak.

Baca Juga: Mulai Hari Ini, Penumpang Pesawat Boleh Pakai Hasil Tes Antigen Tetapi Wajib Sudah Vaksin Dua Dosis

"Banyak juga yang berbicara soal lebih murahnya bahan baku untuk industri dan juga ketersediaan tenaga kerja yang besar (di India)," terangnya.

Namun, Tjandra sendiri mengaku belum mengetahui secara pasti apakah Indonesia akan mencontoh India dalam penentuan tarif tes PCR.

Jika biaya tes PCR di Tanah Air lebih murah, maka akan lebih banyak masyarakat yang dapat memeriksakan diri dan kasus Covid-19 pun bisa dideteksi lebih cepat.

"Kalau harga lebih murah maka lebih besar kemungkinan masyarakat memeriksakan diri sehingga kalau positif dapat segera ditangani dan diisolasi/karantina untuk memutus rantai penularan," pungkasTjandra.

 

 

 

Penulis : Aryo Sumbogo Editor : Hariyanto-Kurniawan

Sumber : Kompas.com


TERBARU